“Akhirnya kami kembali menggunakan kacang non subsidi walaupun harga lebih mahal, tapi kualitas terjaga,” ucap Wawan.
Selain pengrajin, rencana hadirnya kacang bersubsidi jilid dua yang akan digelontorkan September ini, membuat pedagang kacang kedelai non subsidi meradang.
“Kalau pemberiannya merata tidak hanya melalui Kopti (Koperasi tempe tahu Indonesia) silahkan, tetapi kalau hanya satu korporasi jelas buat kami sebuah ancaman,” ujar Yudi Hendrayana, salah satu pedagang kacang kedelai di Pasar Induk Ciawitali Garut.
Sementara itu, Wawan Dalia, salah satu agen kacang kedelai Garut mengungkapkan, hadirnya kedelai bersubsidi tahap dua jelas menjadi ancaman bagi pedagang swasta, jika pemberikan kacang bersubsidi hanya menggunakan satu jalur via koperasi.
“Harusnya penjual di luar Kopti juga harusya dapat (menjual) kacang subsidi, atau lewat importir biar bisa merata ke semua penjual,” kata Wawan.
Untuk diketahui, guna menghidupkan pertumbuhan ekonomi setelah pandemi Covid-19, pemerintah via Bulog menggelontorkan subsidi kedelai hingga Rp850 miliar kepada pengrajin tempe-tahu, selama 4 bulan terhitung April-Juli lalu.
Namun dalam prakteknya, suntikan program subsidi itu justru menimbulkan keresahan kalangan perajin tahu dan tempe, termasuk pedang kacang kedelai.
Editor : Faizol Yuhri