KARAWANG, iNEWSKarawang.id – Di balik jas rapi dan ritme kerja cepat sebagai Manajer Marketing di salah satu rumah sakit di daerah Tangerang. Siapa sangka Ramdoni, atau yang akrab disapa Doni, menyimpan aroma perjuangan dari secangkir kopi.
Pria kelahiran Tangerang, 24 April 1988 ini, bukan sekadar pecinta kopi. Ia adalah pelaku perubahan di dunia perkopian jalanan Kabupaten Tangerang.
Perjalanan Doni di dunia kopi dimulai pada Februari 2016, berawal dari hobi sederhana yang kemudian tumbuh menjadi panggilan jiwa. Ia memilih jalan yang saat itu nyaris tak dilirik, berjualan kopi racik dari gerobak di kawasan Citra Raya, Kabupaten Tangerang.
“Waktu itu bisa dihitung jari yang jualan kopi racik secara street food. Saya mungkin salah satunya,” ujar Doni, mengenang masa-masa awal perjuangannya.
Tak mudah. Tiga bulan pertama, ia harus ekstra sabar dalam mengedukasi pelanggan yang belum terbiasa menikmati kopi tanpa gula. Tapi perlahan, pola konsumsi mulai terbentuk. Pelanggan setia pun berdatangan.
Gerobak sederhana bertransformasi menjadi ruko dengan mesin kopi yang lebih proper. Bisnis berkembang. Doni terus berinovasi, tak hanya soal rasa, tapi juga soal misi.
Ia lalu bergabung dengan komunitas kopi “Cangkir Jalanan”, tempat para pelaku kopi jalanan saling berbagi ilmu, ruang, dan harapan. Di sanalah, Doni mulai menjalankan misi sosialnya. Bersama rekan-rekan komunitas, ia merekrut dan membina para pemuda yang terpinggirkan, korban PHK, putus sekolah, bahkan mereka yang kesulitan masuk dunia kerja formal karena tato atau kekurangan fisik.
“Ada juga yang sebelumnya kerja serabutan atau tukang parkir, kami latih jadi barista. Kami percaya, semua orang punya potensi. Kopi adalah alat untuk membuka pintu harapan,” ujarnya.
Namun, badai datang saat pandemi 2020. Doni dan banyak rekannya harus menjual aset bahkan banting setir ke usaha lain. Dunia kopi jalanan seolah mati suri. Tapi semangat tak padam. Saat pandemi mereda di awal 2022, geliat usaha kopi kembali bangkit tapi kini dengan wajah baru, lebih gemerlap, lebih korporat.
Melihat itu, Doni justru menggencarkan kembali konsep lama yang pernah ia pelopori: Coffee Street, kopi enak, murah, dan bisa dinikmati siapa saja. Ia percaya bahwa kopi bukan soal gaya hidup eksklusif, tapi ruang pertemuan sosial yang merakyat.
“Kami ingin mengembalikan semangat ‘kopi untuk semua’. Kami percaya, kopi enak tak harus mahal. Filosofi itu harus tetap hidup,” tegasnya.
Kini, Doni dipercaya menjabat sebagai Ketua Asosiasi Kopi Indonesia (ASKI) DPC Kabupaten Tangerang. Sebuah pengakuan atas konsistensinya mengangkat kopi jalanan sebagai gerakan sosial dan ekonomi.
Targetnya ke depan, ia ingin Kabupaten Tangerang menjadi destinasi wisata kopi yang tetap merakyat di tengah gempuran coffee shop besar. Ia juga ingin komunitas-komunitas kopi tetap solid menjaga kualitas dan edukasi, serta memperkuat rantai pasok kopi lokal.
“Kopi bukan sekadar minuman, ini tentang budaya, perjuangan, dan pemberdayaan. Selama ada secangkir kopi hangat, selama itu pula semangat kami akan terus menyala,” tutup Doni dengan senyum khasnya.
Editor : Frizky Wibisono
Artikel Terkait