Selain pemberian tablet, kata Nurmala, pihaknya juga gencar melakukan edukasi ke sekolah-sekolah untuk meningkatkan kesadaran tentang pentingnya gizi seimbang.
Menurut Nurmala, anemia pada remaja putri bukan hanya masalah kesehatan individu, tetapi juga berpotensi berdampak pada kondisi kesehatan masyarakat secara luas.
“Mencegah anemia adalah langkah awal untuk mencegah bayi lahir dengan berat badan rendah, menurunkan angka kematian ibu, dan mengurangi stunting. Dengan penanganan sejak dini, kita berharap mampu memperbaiki kualitas kesehatan generasi masa depan,” ujarnya.
Penurunan Signifikan dalam Tiga Tahun Terakhir
Meski angka anemia masih tinggi, tren positif terlihat dalam beberapa tahun terakhir. Pada 2022, prevalensi anemia di Karawang mencapai 47 persen. Angka ini turun menjadi 33,3 persen pada 2023 dan 26,77 persen di 2024.
“Kami mulai merasakan hasil dari program yang terintegrasi dengan anggaran APBD dan dukungan dari pusat. Penurunan ini menunjukkan bahwa intervensi yang kami lakukan efektif,” tambahnya.
Kemudian untuk langkah kedepan, pihaknya juga akan memperkuat program dengan pelatihan kader kesehatan remaja.
“Kami akan melibatkan remaja sebagai agen perubahan melalui edukasi sebaya. Program ini juga akan diperluas hingga melibatkan orang tua, dengan harapan mampu menciptakan komunitas yang bebas anemia,” pungkasnya.
Editor : Frizky Wibisono
Artikel Terkait