KARAWANG, iNEWSKarawang.id - Sepanjang tahun 2024, sebanyak 8.861 remaja putri di Kabupaten Karawang tercatat mengalami anemia.
Data ini diungkapkan oleh Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan (Dinkes) Karawang, Nurmala Hasanah, dalam laporan terbarunya pada Rabu,(15/1/2025).
“Dari total target screening sebanyak 33.591 remaja putri, kami berhasil melakukan pemeriksaan pada 33.106 orang, atau sekitar 98,56 persen. Dari jumlah tersebut, 8.861 remaja terdeteksi mengalami anemia,” jelas Nurmala, Rabu,(15/1/2025).
Nurmala memaparkan, sebanyak 5.247 remaja mengalami anemia ringan, 3.268 anemia sedang, dan 346 mengalami anemia berat.
"Penyebab utama meliputi faktor biologis seperti menstruasi, pola makan yang tidak sehat, serta kurangnya asupan nutrisi dan cairan," katanya.
Sebagai langkah penanganan, pihaknya meluncurkan program Gerakan Remaja Sehat, Keren, dan Cerdas (Gres Kece) yang fokus pada pemberian tablet tambah darah secara rutin.
“Untuk remaja putri yang sehat, kami berikan 1 tablet per minggu. Mereka yang anemia ringan mendapat 1 tablet per hari, sementara anemia sedang diberikan 2 tablet per hari. Kasus anemia berat langsung kami rujuk untuk penanganan lebih lanjut,” terang Nurmala.
Selain pemberian tablet, kata Nurmala, pihaknya juga gencar melakukan edukasi ke sekolah-sekolah untuk meningkatkan kesadaran tentang pentingnya gizi seimbang.
Menurut Nurmala, anemia pada remaja putri bukan hanya masalah kesehatan individu, tetapi juga berpotensi berdampak pada kondisi kesehatan masyarakat secara luas.
“Mencegah anemia adalah langkah awal untuk mencegah bayi lahir dengan berat badan rendah, menurunkan angka kematian ibu, dan mengurangi stunting. Dengan penanganan sejak dini, kita berharap mampu memperbaiki kualitas kesehatan generasi masa depan,” ujarnya.
Penurunan Signifikan dalam Tiga Tahun Terakhir
Meski angka anemia masih tinggi, tren positif terlihat dalam beberapa tahun terakhir. Pada 2022, prevalensi anemia di Karawang mencapai 47 persen. Angka ini turun menjadi 33,3 persen pada 2023 dan 26,77 persen di 2024.
“Kami mulai merasakan hasil dari program yang terintegrasi dengan anggaran APBD dan dukungan dari pusat. Penurunan ini menunjukkan bahwa intervensi yang kami lakukan efektif,” tambahnya.
Kemudian untuk langkah kedepan, pihaknya juga akan memperkuat program dengan pelatihan kader kesehatan remaja.
“Kami akan melibatkan remaja sebagai agen perubahan melalui edukasi sebaya. Program ini juga akan diperluas hingga melibatkan orang tua, dengan harapan mampu menciptakan komunitas yang bebas anemia,” pungkasnya.
Editor : Frizky Wibisono
Artikel Terkait