JAKARTA, iNewsKarawang.id- Bagi umat muslim, puasa di bulan Ramadhan menjadi ibadah wajib. Selain mendulang pahala karena sebagai perintah yang datang langsung dari Allah, puasa juga memberikan manfaat bagi kesehatan.
Ternyata puasa juga mendapat perhatian Sekelompok ilmuwan dari Eropa dan Inggris yang mengungkap bahwa puasa memungkinkan semua organ utama pada tubuh mengubah produksi protein dengan cara yang lebih baik. Ini termasuk perubahan protein yang terkait dengan perbaikan rheumatoid arthritis dan kesehatan jantung.
Menurut mereka (para ilmuwan) ini menyampaikan bahwa manfaat puasa baru bisa diperoleh jika dilakukan dengan benar. Dikatakan bahwa manfaat ini baru bisa dirasakan setelah berpuasa lebih dari tiga hari dan mencapai puncak manfaatnya setelah dilakukan lebih dari seminggu.
"Untuk pertama kalinya, kita dapat melihat apa yang terjadi pada tingkat molekuler di seluruh tubuh saat kita berpuasa,” tutur Claudia Langenberg, ahli epidemiologi dari Queen Mary University of London dikutip dari Science Alert, Selasa (12/3/2024).
"Hasil penelitian kami memberikan bukti manfaat kesehatan dari puasa selain penurunan berat badan, namun hal ini baru terlihat setelah tiga hari pembatasan kalori total. Manfaat puasa mungkin tidak terasa jika dilakukan terlalu singkat atau terlalu lama," katanya.
Claudia melanjutkan, agar manfaat puasa bisa semakin maksimal dirasakan, diimbau agar memastikan mengkonsumsi banyak air sebelum puasa dimulai. Pasalnya jika tidak, risiko dehidrasi akan sangat besar karena sekitar 20 persen asupan cairan tubuh biasanya berasal dari makanan.
Penelitian tentang manfaat puasa sebenarnya sudah ada sejak beberapa tahun terakhir. Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa puasa dapat meningkatkan beberapa aspek kesehatan manusia, termasuk penurunan berat badan, penurunan tekanan darah, peningkatan kepadatan tulang, dan pengendalian nafsu makan.
Beberapa percobaan bahkan menemukan bukti bahwa mengalami kelaparan dalam waktu singkat dapat memperlambat proses penuaan alami dan mungkin memperpanjang umur seseorang.
"Kekurangan makanan telah menjadi situasi default sepanjang evolusi manusia, dan tubuh kita adalah hasil dari proses seleksi untuk fleksibilitas metabolisme yang tinggi untuk bertahan hidup dalam jangka waktu lama tanpa makanan,” tuturnya.
“Hasil kami memberikan peluang untuk secara sistematis mengidentifikasi potensi manfaat kesehatan dari puasa dan menerjemahkan pengetahuan ini ke dalam intervensi yang diduga, termasuk bagi pasien yang tidak dapat mematuhi skema puasa berkepanjangan atau pola makan yang meniru puasa," katanya.
Editor : Boby
Artikel Terkait