KARAWANG, iNewsKarawang.id - Ironis, ketika Wakil Bupati Karawang, Aep Syaepuloh, gencar keliling kampung untuk memerangi stunting. Namun di wilayah dekat perkotaan Karawang justru ditemukan 2 orang balita yang mengalami gizi buruk parah. Disebut parah karena kondisi penderita gizi buruk tersebut harus ditangani dengan perawatan intensif tim medis untuk menyelamatkan hidupnya.
Wakil Bupati Aep Syaepuloh bersemangat menurunkan angka stunting di Karawang. Bahkan dia melibatkan sektor swasta membantu dalam hal keuangan untuk menurunkan angka stunting. Uang ratusan juta mulai mengalir dari sektor swasta untuk memerangi stunting. Bahkan Aep sudah mengklaim angka stunting di Karawang mengalami penurunan.
Namun dalam sepekan kebelakang Karawang di kejutkan dengan adanya dua orang Balita yaitu MR (5 bulan) dan F berusia 2 tahun ditemukan dalam kondisi gizi buruk parah. Lebih mengejutkan lagi dua balita tersebut tinggal diwilayah dekat perkotaan yaitu di Desa Kalangsari, Kecamatan Rengasdengklok. Dua penderita gizi buruk parah setelah ditemukan langsung dilarikan ke RSUD Karawang.
Bupati Karawang Cellica Nurrachadiana ketika di konfirmasi membenarkan kejadian tersebut. Bahkan dia langsung menginstruksikan Dirut RSUD agar segera memberikan perawatan medis. Seluruh biaya ditanggung oleh pemerintah.
"Sudah ditangani intensit pihak rumah sakit. Saya sudah bicara dengan Dirut RSUD agar diberikan kemudahan dalam bentuk apapun untuk merawat kedua pasien tersebut," kata Cellica, Rabu ( 9/3/23).
Menurut Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan (Dinkes) Karawang, Nurmala Hasanah, mengatakan dua orang bayi yang mengalami gizi buruk yaitu MR berusia 5 bulan dan F berusia 2 tahun. Keduannya merupakan warga Karawang yang tinggal di Desa Kalangsari Kecamatan Rengasdengklok.
Pihak Dinkes langsung turun tangan begitu mengetahui ada warga Karawang yang mengalami gizi buruk.
"Kami bersama Puskesmas setempat segera menangani dua balita yang mengalami gizi buruk. Namun karena kondisinya lemah karena ada penyakit penyerta kami bawa ke RSUD untuk dirawat intensif," kata Nurmala.
Menurut Nurmala, kedua orang tua penderita gizi buruk mengaku pasrah ketika anaknya menderita gizi buruk karena faktor biaya. Latarbelakang kedua orang tua bayi bekerja sebagai pekerja harian lepas.
"Kondisinya semakin tidak bagus karena kedua balita tersebut memiliki penyakit penyerta hingga harus ditangani intensif. Makanya kami rujuk keduanya ke RSUD Karawang," katanya
Editor : Frizky Wibisono
Artikel Terkait