get app
inews
Aa Read Next : Disambut Bak Raja, Pertemuan Putin dan Kim Jong Un Disebut Bakal Lahirkan Dunia Multipolar Baru

NATO Soroti Putin-Kim Jong Un, Khawatir Rusia Dukung Program Rudal dan Nuklir Korea Utara

Rabu, 19 Juni 2024 | 15:59 WIB
header img
NATO khawatir Rusia dukung program rudal dan nukir Korut (Foto: Reuters)

JAKARTA, iNewsKarawang.id-Perhal Presiden Rusia Vladimir Putin berkunjung ke negara Korea Utara mendapat sorotan dari Pakta Pertahanan Antalntim Utara (NATO).

Pasalnya NATO  mengaku prihatin atas dukungan yang dapat diberikan Rusia untuk program rudal dan nuklir Korea Utara.

Hal ini diungkapkan ketua aliansi tersebut pada Selasa (18/6/2024) ketika Presiden Rusia Vladimir Putin berkunjung ke negara tertutup yang memiliki senjata nuklir dalam 24 tahun.

Putin, dalam kunjungan kenegaraan untuk melakukan pembicaraan dengan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un, berjanji untuk memperdalam hubungan perdagangan dan keamanan serta mendukung Korea Utara melawan Amerika Serikat (AS), sekutu dekat saingan beratnya, Korea Selatan.

AS menuduh Korea Utara memasok lusinan rudal balistik dan lebih dari 11.000 kontainer amunisi ke Rusia untuk digunakan di Ukraina.

Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg mengatakan pada konferensi pers bersama setelah pembicaraan dengan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken bahwa perang Rusia di Ukraina didukung oleh Tiongkok, Korea Utara, dan Iran, yang semuanya ingin melihat aliansi Barat gagal.

“Kami tentu saja juga prihatin dengan potensi dukungan yang diberikan Rusia kepada Korea Utara dalam mendukung program rudal dan nuklir mereka,” kata Stoltenberg, dikutip Reuters.

Dia mengatakan hal ini dan dukungan Tiongkok terhadap ekonomi perang Rusia menunjukkan bagaimana tantangan keamanan di Eropa terkait dengan Asia dan menambahkan bahwa pertemuan puncak NATO bulan depan di Washington akan menyaksikan penguatan lebih lanjut kemitraan aliansi tersebut dengan Australia, Selandia Baru, Korea Selatan, dan Jepang.

Stoltenberg mengatakan perlu ada “konsekuensi” pada tahap tertentu bagi Tiongkok.

"Mereka tidak bisa terus menjalin hubungan perdagangan normal dengan negara-negara di Eropa dan pada saat yang sama memicu perang terbesar yang pernah kita saksikan di Eropa sejak Perang Dunia Kedua,” ujarnya.

Stoltenberg mengatakan masih terlalu dini untuk mengatakan apa konsekuensinya, tetapi ini harus menjadi masalah yang perlu kita atasi karena tidak mungkin melanjutkan seperti yang kita lakukan saat ini.

Editor : Boby

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut