Ini Perbedaan Barongsai dan Liong, Dewa Keberuntungan untuk Masyarakat Tionghoa

JAKARTA, iNews.id – Lampion, parade budaya yang menampilkan pertunjukan Barongsai dan Liong adalah pernak-pernik yang sering muncul saat momentum Imlek atau tahun baru dalam kalendar China. Pasalnya, Perayaan Imlek hanya tinggal hitungan hari. 

Barongsai dan Liong adalah dua hewan mitologi China yang masing-masing memiliki perannya sendiri. Barongsai adalah Dewa Singa penguasa daratan, sementara Liong merupakan Naga yang melambangkan Dewa Kebijaksanaan dan merupakan sosok pelindung. Walaupun merupakan makhluk yang berbeda, namun keduanya memiliki persamaan secara filosofis sama yaitu diyakini mampu menolak bala dari roh jahat yang bernama Nian. Selain itu, kedua makhluk ini dipercaya mendatangkan keberuntungan bagi masyarakat Tionghoa. 

Baca Juga

Ini Alasannya Kenapa Barongsai Identik dengan Perayaan Imlek?

Perbedaan Cara Main

Inilah perbedaan yang paling signifikan di antara keduanya, dimana sebuah pertunjukan Barongsai dan Liong punya cara main yang cukup berbeda apabila dibedah. Barongsai biasanya dimainkan oleh 2 orang dengan pembagian tugas satu orang memegang bagian kepala dan satu lainnya menggerakkan badan dan ekornya. 

Menariknya, Barongsai bisa dibilang merupakan sebuah parade budaya yang atraktif di mana menuntut pemainnya untuk bisa setidaknya menguasai kuda-kuda yang baik dari sebuah seni bela diri. 

Tak jarang Barongsai menampilkan gerakan akrobatik dan melakukan atraksi, seperti misal melompati tiang yang tinggi dari satu tempat ke tempat lain.

Selain itu, orang di dalam barongsai juga harus membuat sang singa seolah benar-benar "hidup" dengan cara membuat ekspresi dan mimik wajah barongsai seolah-olah nyata, ekspresi tersebut adalah bahagia, marah, takut, ragu-ragu, mabuk, bergerak dan diam. 

Sementara untuk Liong lebih mengedepankan harmonisasi dan keindahan gerakan, di mana sang naga dimainkan oleh puluhan orang tergantung panjang Liong yang dibawa. Gerakan khas Liong adalah meliuk-liuk indah dari kepala hingga ujung ekornya, melambangkan gerakan seekor naga saat sedang terbang.

Editor : Frizky Wibisono