get app
inews
Aa Text
Read Next : Berikut Hasil Semifinal Wilayah NBA 2022-2023

Negara Miskin Butuh Rp7.797 Triliun untuk Pembiayaan, Begini Penjelasan IMF

Jum'at, 09 Desember 2022 | 17:19 WIB
header img
IMF Ungkap Negara Miskin Butuh USD500 Miliar. (Foto: Okezone.com/Reuters)

JAKARTA, iNewsKarawang.id - Negara-negara berpenghasilan rendah membutuhkan dana hampir USD500 miliar atau setara Rp7.797 triliun untuk pembiayaan eksternal selama periode 2022-2026.

Demikian disampaikan Dana Moneter Internasional (IMF)  dikutip dari Antara, Jumat (9/12/2022). 

Menurut IMF, jumlah tersebut meningkat sekitar USD57 miliar dari perkiraan tahun lalu karena sebagian besar limpahan dari perang Rusia di Ukraina.

IMF menjelaskan, dalam makalah kebijakan barunya  bahwa perang Ukraina, yang telah memperburuk inflasi dengan kenaikan besar dalam harga pangan, energi dan pupuk global, akan memperlambat pemulihan negara-negara berpenghasilan rendah dari pandemi Covid-19 dan lebih lanjut menunda pendapatan per kapita konvergensi dengan ekonomi yang lebih maju.

"Posisi fiskal negara-negara berpenghasilan rendah semakin tertekan karena pemerintah menggenjot pengeluaran untuk mengatasi dampak pandemi dan perang di Ukraina, dan untuk melindungi mereka yang rentan dari harga pangan dan bahan bakar yang tinggi. Akibatnya, kerentanan utang telah meningkat,"jelasnya. 

Diuraikanya, pertumbuhan pada 2022 di negara-negara tersebut telah kehilangan momentum, sementara percepatan inflasi yang cepat telah melebarkan defisit fiskal. 

Sementara itu indikator kesinambungan utang belum mencapai tingkat yang terlihat pada malam peluncuran prakarsa Negara-Negara Miskin Berutang Berat (Heavily Indebted Poor Countries/HIPC) IMF-Bank Dunia tahun 1996, pergeseran lanskap kreditur ke arah non-Paris Club dan kreditor swasta "membawa tantangan baru untuk restrukturisasi utang yang cepat dan teratur," kata IMF.

China telah menjadi kreditor bilateral terbesar di dunia dalam beberapa tahun terakhir, menuai kritik yang meningkat dari negara-negara Barat karena keengganannya untuk memberikan keringanan utang kepada negara-negara berkembang yang tertekan.

Editor : Boby

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut