JAKARTA, iNewsKarawang.id- Bagi Ainun istri B.J. Habibie, kala itu, mesin jahit adalah salah satu barang yang diprioritaskan
Seperti dikutip dalam buku Habibie & Ainun, dia mengakui bahwa mesin jahit adalah barang pertama kali yang dibeli. Bahkan dia tak peduli dengan barang-barang yang serba otomatis.
Kemudian di sinilah awal mula Ainun belajar menjahit sendiri. Namun, lantaran dirinya sudah terbiasa terkait jahit menjahit. Lama-kelamaan jahitannya tidak terlalu jelek. Dia mulai mencoba memperbaiki bagian yang rusak, membuat pakaian bayi, merajut, dan menjahit pakaian dalam persiapan musim dingin.
Menurut Habibie, Ainunlah yang merencanakan pengeluaran dan pemasukan keluarga kecilnya dengan apa adanya. Suaminya menyerahkan dan mempercayakan padanya.
“Pada hari ulang tahun Ainun yang ke-25, pada tanggal 11 Agustus 1962, saya hadiahkan mesin jahit merek Singer, yang dalam rangka promosi produk baru sedang ditawarkan dengan harga khusus dan boleh dicicil tanpa suku bunga,” kata Habibie.
Sambil memberikan hadiah tersebut, Habibie berkata “Maafkan kemampuan saya hanya ini saja”.
“Kamu sudah memberi saya yang lebih indah dari semuanya yang kamu tak dapat bayangkan" Jawab Ainun dan mencium Habibie.
“Senyuman manis dan pandangan matamu yang selalu memukau dan merindu,” kata Habibie.
“Itu sudah milikmu dan kuberikan untukmu sepanjang masa sejak malam takbiran tanggal 7 Maret yang lalu. Supaya kamu tidak terlalu lama menerka, saya sampaikan saja. Yang kamu berikan kepada saya adalah titipan Allah untuk kami berdua. Saya mengandung bayimu, anakmu dan keturunanmu! Itu yang paling indah dan titipan Allah itu harus kami syukuri!" jawab Ainun kepada Habibie.
Habibie memeluknya Ainun sambil memanjatkan doa bersama membaca Al-Fatihah, seperti dikisahkan dalam catatan Ainun pada buku A.Makmur Makka SABJH hal: 385.
Habibie mengakui bahwa dia tidak memiliki uang. Tetapi, uang akan diusahakan demi membelikan sang belahan jiwa sebuah mesin jahit. Lantaran mesinnya adalah Singer, dia harus menyicil dan cicilannya baru lunas setelah setengah tahun lamanya.
Hidup benar-benar prihatin. Hidup benar-benar keras. Tetapi ada hikmahnya. Di masa-masa inilah Habibie belajar untuk hidup berdiri di kaki sendiri. (wdi)
Editor : Boby