Ungkap Fenomena Misterius Laut Susu, Studi Baru : Ini Penyebabnya

Fenomena misterius "laut susu" di malam hari berhasil direkam awak kapal pesiar Ganesha pada Agustus 2019. Kini studi baru menjelaskan kenapa hal itu bisa terjadi.
Tulis para awak kapal di catatan kapal, disadur dari ZME Science, Kamis (14/7/2022) menyatakan tidak ada Bulan. Hal ini memberikan kesan seperti berlayar di atas salju.
Para pelaut selama berabad-abad telah membayangkan dan menggambarkan perjumpaan mereka dengan “laut susu”. Kejadian ini sangat langka, karena ketika hal tersebut terjadi maka area lautan akan menyala secara seragam di malam hari.
Namun dari awak kapal pesiar Ganesha diilaporkan, tidak satu pun yang tah persis apa yang mereka saksikan pada malam itu di tahun 2019.
Meskipun cahayanya buruk, mereka mengambil beberapa foto untuk mendokumentasikan fenomena tersebut. Setelah hampir tiga tahun pasca kejadian, para ilmuwan menemukan faktanya.
Menurut para ilmiuwan, apa yang dilihat oleh kru dari kapal pesiar Ganesha bukanlah ilusi visual. Faktanya, hal tersebut merupakan bakteri.
Lantas, bakteri apa yang dapat membuat lautan kala itu menjadi seperti susu?
Para ilmuwan mengatakan, bakteri itu adalah bioluminesen. ini merupakan suatu bentuk langka dari bioluminesensi laut yang memberikan permukaan laut seperti salju.
Peristiwa ini, hanya terjadi sekali sampai dengan dua kali dalam setahun.
Biasanya, kejadian ini terjadi di barat laut Samudera Hindia dan Benua Maritim. Para peneliti menduga hal ini merupakan bentuk dari bioluminiscene.
Namun, tidak seperti bioluminiscene pada umumnya yang dihasilkan oleh fitoplankton, lautan susu menghasilkan cahaya yang relatif stabil, bahkan diperairan yang tenang. Bakteri adalah kemungkinan penyebab di balik proses ini.
Fenomena laut susu belum banyak dipelajari. Hal ini, dikarenakan sifatnya yang terpencil, sulit dipahami serta kejadian seperti ini sangat jarang terjadi.
Hal serupa diperkirakan pernah terjadi di laut Indonesia. Pada tahun 2021, Steven Miller, seorang professor ilmu atmosfer serta penulis studi mengatakan kepada The Guardian bahwa dirinya mengidentifikasi sepetak cahaya di lepas pantai Jawa yang membentang lebih dari 100.000 kilometer persegi.
Miller percaya bahwa ini adalah peristiwa laut susu tetapi tidak dapat dipastikan karena tidak ditemukannya laporan di lapangan. Dia juga telah menerbitkan hipotesanya dalam sebuah makalah dan berharap seseorang yang telah berlayar dapat mengkonfirmasi apa yang telah dipercayanya.
Salah seorang anggota kru dari Ganesha mengubunginya. Miller melakukan wawancara dengan kru dan membandingkan arah kapal dengan koordinat citra satelit.
Kemungkinan cahaya yang dilihatnya mirip dengan kejadian 2019 silam yang dialami oleh para kru kapal Ganesha.
Berdasarkan hasil dari wawancara dengan para kru, Miller berasumsi hal ini disebabkan oleh bakteri vibrio harveyi, bakteri yang memakan ganggang. Ketika ada cukup banyak bakteri, mereka memancarkan cahaya yang lembut. Bahkan dikabarkan toilet kapalpun ikut bersinar.
Bagaimana bakteri ini menerangi area lautan memang masih menjadi misteri, namun saat ini ilmuwan bisa menemukan lautan susu melalui citra satelit. Sama seperti yang dilakukan dalam penelitian ini untuk mengetahui apa yang menjadi pemicu dari kejadian ini.
Miller bahkan berharap, suatu hari nanti manusia dapat memprediksi di mana dan kapan lautan susu akan terjadi selanjutnya
Editor : Boby