"Saat kita menggunakan sabun batang, tentunya tidak ada bakteri jahat yang menempel pada sabun tersebut, karena mikrobioma yang menempel pada permukaan sabun berasal dari tubuh kita sendiri," ujarnya.
Sabun batang pun, katanya, tetap aman digunakan bersama dengan anggota keluarga. Karena tubuh atau kulit kemungkinan besar telah beradaptasi dengan mikroorganisme dari anggota keluarga lain.
Tapi, yang perlu Anda tahu, sabun batang bisa saja menjadi media perpindahan kuman apabila digunakan banyak orang yang berbeda secara bergantian di tempat umum, dengan tingkat kelembapan tinggi. Contohnya adalah penggunaan sabun batang di toilet umum.
"Kuman dan bakteri jahat yang ada di sabun batang biasanya ditemukan pada lelehan sabun batang yang sudah menjadi lender. Untuk penggunaan sabun batang di kondisi tersebut, lebih baik dibilas dengan air terlebih dahulu sebelum digunakan," terangnya.
Sementara itu, bagi seseorang yang memiliki masalah dengan sistem imunitas, tetap harus mewaspadai kuman yang terdapat pada sabun batang. Karena antibodi yang lemah dikhawatirkan tidak bisa melawan bakteri jahat.
"Jika pada kondisi khusus seperti ini, memang lebih disarankan untuk menggunakan jenis sabun cair," tambah dr Frederik.
Untuk sabun cair, ujar dr Frederik, ternyata tergolong tak ramah lingkungan. Dalam pengemasan sabun cair memang menggunakan wadah yang lebih praktis dan bisa dipindah tangankan tanpa menyentuh sabun.
“Namun kemasan sabun cair tidak ramah lingkungan, karena menggunakan material plastik yang sulit terurai."
“Sedangkan sabun batang cukup dikemas pada material kertas atau dus yang mudah di daur ulang. Sehingga produksi sabun batang lebih ramah lingkungan daripada sabun cair yang berkemasan botol plastik," lanjutnya.
Editor : Boby
Artikel Terkait