JAKARTA, iNewsKarawang.id-Tersiar kabar, para ulama senior Iran dilaporkan tengah mempercepat upaya untuk mencari pengganti Pemimpin Tertinggi Ayatollaj Ali Khameini.
Kabar ini muncul di tengah meningkatnya ketegangan antara Iran dan Israel, meski telah ada upaya gencatan senjata yang diumumkan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.
Ancaman Pembunuhan Khamenei
Sebuah komite beranggotakan tiga orang dari badan ulama terkemuka dibentuk dua tahun lalu untuk mempercepat proses pencarian pengganti Khamenei. Upaya ini semakin dipercepat setelah Israel melancarkan serangan ke Iran dan mengancam akan membunuh Sang Pemimpin Tertinggi.
Khamenei yang kini berusia 86 tahun, secara rutin menerima laporan tentang pembicaraan tersebut. Berdasarkan penuturan seorang pejabat keamanan senior, Khamenei bersama keluarganya telah bersembunyi dan dijaga ketat oleh unit pasukan khusus Vali-ye Amr dari Korps Garda Revolusi.
Pemerintah Iran yang berkuasa saat ini pun segera turun tangan untuk secepatnya mencari pengganti Khamenei untuk mempersiapkan apabila skenario terburuknya Khamenei dibunuh.
Syarat Pengganti Khamenei
Pemimpin baru akan tetap akan dipilih atas dedikasinya terhadap prinsip-prinsip revolusioner pendiri Republik Islam Iran yang telah wafat, yakni Ayatollah Ruhollah Khomeini, demikian disampaikan sebagaimana dari seorang sumber internal yang memiliki koneksi dekat dengan kantor Khamenei dan terlibat langsung dalam pembicaraan suksesi ini.
Orang tersebut juga mengatakan di saat yang bersamaan, para petinggi pimpinan juga mempertimbangkan calon mana yang bisa merepresentasikan wajah yang lebih moderat untuk menangkis serangan asing dan pemberontakan internal.
Dua Calon Kuat Pengganti Khamenei
Menurut sumber informan lain menyebutkan bahwa terdapat dua calon terdepan yang diusung dalam pembahasan suksesi. Yang pertama yakni putra Khamenei sendiri yang berusia 56 tahun, Mojtaba, yang selama ini dianggap sebagai calon penerus, lalu juga terdapat Hassan Khomeini, cucu pendiri revolusi islam.
Hassan Khomeini mulai dipertimbangkan secara serius sebagai calon pengganti pemimpin tertinggi bulan ini, terutama karena konflik yang memanas dengan Israel dan Amerika. Ia dinilai sebagai sosok yang lebih moderat dan baik untuk dunia internasional maupun rakyat Iran apabila dibandingkan Mojtaba Khamenei.
Justru sebaliknya, Mojtaba dianggap menganut garis keras seperti ayahnya. Namun sumber-sumber menyatakan belum ada keputusan final mengenai hal ini, daftar calon pun masih bisa berubah, dan keputusan tetap berada di tangan pemimpin tertinggi.
Situasi militer yang masih bergejolak memunculkan ketidakpastian apakah pergantian pemimpin ini bisa dipilih dan dilantik dengan aman. Serangan Israel yang menewaskan beberapa komandan utama Garda Revolusi juga menjadi sebab sulitnya proses suksesi.
Di sisi lain, Presiden Amerika Serikat, Donald Trump melalui media sosialnya mengatakan bahwa mereka tahu di mana pemimpin tertinggi Iran bersembunyi dan menyebut bahwasanya Khamenei merupakan “target yang mudah selanjutnya,” sembari menyerukan agar Iran menyerah tanpa syarat.
Khamenei sendiri belum pernah secara terbuka menyuarakan dukungan terhadap calon penerusnya. Menurut sumber internal, ia berkali-kali menolak ide agar putranya, Mojtaba, untuk menjadi pengganti, karena khawatir menciptakan kesan sistem warisan kekuasaan seperti era Shah sebelum 1979.
Secara resmi, pemimpin Iran dipilih oleh Majelis Ahli, beranggotakan 88 ulama senior yang dipilih melalui pemilu nasional. Namun semua kandidat harus disetujui terlebih dahulu oleh badan pengawas konservatif yang selaras dengan Khamenei.
Editor : Boby
Artikel Terkait