WASHINGTON, iNewsKarawang.id - Amerika Serikat (AS) lengah, setelah kerajaan itu menyetujui kesepakatan normalisasi dengan Iran yang ditengahi China.
Demikian dikatakan Direktur CIA William Burns kepada para pejabat Arab Saudi.
Diketahui kabar tersebut diungkapkan Wall Street Journal (WSJ). Selama perjalanan mendadak ke Arab Saudi pekan ini, Burns "menyatakan frustrasi" dengan Riyadh dan mengatakan Washington "merasa dibutakan" oleh diplomasi barunya dengan Iran dan Suriah.
Hal tersebut diungkapkan beberapa sumber yang tidak disebutkan namanya mengatakan kepada WSJ pada Kamis (6/4/2023). Para menteri luar negeri (menlu) Iran dan Arab Saudi mengadakan pembicaraan di ibukota China pada Kamis.
Mereka membahas sejumlah masalah yang berkaitan dengan inisiatif baru, termasuk pembukaan kembali kedutaan besar (kedubes) di kedua negara, penunjukan duta besar, dan bahkan kunjungan ke Riyadh oleh Presiden Iran Ebrahim Raisi. Setelah bertahun-tahun perselisihan sebagai musuh regional, Teheran dan Riyadh menyelesaikan pakta normalisasi pada 10 Maret setelah pembicaraan rahasia yang dimediasi Beijing. Saudi dan Iran setuju melanjutkan hubungan diplomatik formal setelah mereka memutuskan hubungan pada tahun 2016.
Kesepakatan itu menandai pencapaian diplomatik besar bagi China dan perombakan penting dalam geopolitik Timur Tengah. Sejak perjanjian itu diumumkan, para diplomat top dari Arab Saudi dan Iran telah berbicara melalui telepon setidaknya tiga kali. Kedua pihak berharap mencapai kompromi pada beberapa masalah yang belum terselesaikan yaitu perang di Yaman, yang telah berkecamuk selama lebih dari delapan tahun dan mengakibatkan ratusan ribu orang tewas. Teheran juga bekerja membangun kembali kontak dengan Uni Emirat Arab (UEA), monarki Teluk lainnya yang telah lama berselisih dengan Republik Islam.
Awal pekan ini, Wakil Menteri Luar Negeri Iran Ali Bagheri mengatakan negaranya telah menunjuk seorang duta besar untuk Abu Dhabi untuk pertama kalinya dalam hampir satu dekade. Riyadh juga dilaporkan berusaha mencapai pemahaman yang sama dengan Suriah, dan berharap mengundang Presiden Bashar al-Assad untuk berkunjung akhir tahun ini, menurut Reuters. Sementara Gedung Putih menyambut diplomasi baru di depan umum, keluhan Burns yang dilaporkan kepada pejabat Saudi pekan ini dapat menyoroti kekhawatiran atas pengaruh Beijing yang berkembang di wilayah tersebut. Ketegangan antara Riyadh dan Washington juga meningkat sejak tahun lalu, ketika OPEC+, kelompok pengekspor minyak utama yang dipimpin Arab Saudi, memilih memangkas produksi. Langkah tersebut dilaporkan "membuat marah" Presiden AS Joe Biden, yang mengklaim pemotongan produksi minyak itu akan menguntungkan Rusia, pengekspor energi besar lainnya.
Editor : Boby
Artikel Terkait