JAKARTA, iNewsKarawang.id - Gua Hira yang terletak di Puncak Jabal Nur, Kota Makkah, Arab Saudi, menjadi tempat Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wassallam menerima wahyu pertama dari Allah Subhanahu wa Ta'ala. Lokasi Gua Hira dengan Masjidil Haram sekira 6 kilometer.
Pada zaman Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wassallam tidak ada permukiman di sekitar Jabal Nur. Ini berbeda dengan wilayah Masjidil Haram yang ramai penduduk dan jamaah.
Dalam sirah Nabawiyah, Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wassallam saat itu menyendiri di Gua Hira selama 26 hari. lalu pada malam ke-27 datang Malaikat Jibril yang menyerupai manusia dan membawa wahyu dari Allah Subhanahu wa Ta'ala. Inilah tanda kerasulan Muhammad dimulai pada usia 40 tahun kala itu.
Kenapa Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wassallam menerima wahyu sendirian di Gua Hira, bukan di Masjidil Haram yang merupakan tempat paling suci?
"Seseorang akan meningkat kecerdasan individunya pada saat ia menyendiri, menepi dari keramaian. Sebab ketika seseorang dalam keadaan sendiri dan berpuasa, maka akan terjadi dialog di dalam dirinya," jelas KH Buya Syakur Yasin MA dalam tausiyahnya, dikutip dari kanal YouTube Wamimma TV.
Sebelum Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wassallam, Nabi Musa, Nabi Ilyas, Nabi Ibrahim Alaihissallam, dan nabi lainnya juga menerima wahtu saat menyendiri jauh dari manusia sambil berpuasa. Ini diakui oleh para penulis ahli sejarah Islam di dunia.
Bahkan rata-rata filsuf, sastrawan, hingga orang yang menulis tentang sejarah adalah mereka yang telah selesai dan keluar dari penyendiriannya. Menurut Buya Syakur, pengalaman spiritual ini juga dialami oleh Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wassallam.
"Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wassallam saat menerima wahyu dari Allah Subhanahu wa Ta'ala melalui Malaikat Jibril di Gua Hira mengalami ketakutan yang dahsyat. Ia bahkan khawatir jika bisikan yang datang kepadanya adalah suara-suara imajiner yang ada di alam pikirannya," ucap Buya Syakur.
Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wassallam kemudian bergegas turun dari Gua Hira dan pulang ke rumah dengan penuh kecemasan. Sampai di rumah langsung coba ditenangkan istri tercintanya Khadijah radhiyallahu anha.
"Wahai suamiku tercinta, aku yakin engkau orang yang benar, orang terbaik, orang yang menjunjung tinggi silaturahmi. Maka aku yakin bahwa bisikan yang datang kepadamu adalah bisikan dari makhluk yang benar," kata Khadijah sambil menyelimuti Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wassallam.
Menurut Buya Syakur, manusia saat dalam keramaian, kecerdasannya akan menurun. "Pada saat manusia menepi dari keramaian, kecerdasan individunya akan muncul. Sebab akan ada dialog antara dirinya dengan hatinya."
"Apabila engkau tidak merasa nyaman untuk melakukan sesuatu, maka jangan disangkal. Karena hatimu lebih tajam dalam memandang daripada matamu. Sebab mata mengalami keterbatasan dalam memandang dan menilai. Mata kita akan berhenti melihat apabila kita sudah menyucikan diri," jelas Buya Syakur.
Ketika menepi dari keramaian, Rasulullah Shallallahu alaihi wassallam juga berpuasa. Hal ini membuktikan bahwasannya orang yang berpuasa akan membangkitkan rohani kemanusiaannya.
"Orang yang kuat, bukan dilihat dari fisiknya, melainkan dari ruhaninya. Bukan dari kekuatan fisik, melainkan kekuatan berpikirnya. Bahkan ketika berpuasa pun, kepedulian sosial akan muncul," bebernya.
"Hal ini membuktikan bahwa Alquran diturunkan pada waktu dan orang yang tepat. Karena pada saat itu, ketokohan Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wassallam di Makkah, tidak ada yang meragukan," tukasnya.
Wallahu a'lam bisshawab.
Editor : Boby
Artikel Terkait