HAITI, iNewsKarawang.id - Menyusul pembunuhan lebih dari selusin rekannya oleh geng kriminal, petugas polisi melakukan kerusuhan di ibu kota Haiti, Port-au-Prince, pada Kamis (26/1/2023).
Pasalnya empat belas petugas diperkirakan tewas sejak awal tahun dalam berbagai serangan geng di kantor polisi.
"Tujuh petugas tewas dalam baku tembak,"sebut Kepolisian Nasional Haiti, pada Rabu (25/1/2023).
Para petugas polisi ini menyalahkan pemerintah karena tidak mengambil tindakan. Lebih dari 100 polisi memblokir jalan, membakar ban, merusak kamera keamanan serta kendaraan.
Media lokal mengatakan beberapa petugas menerobos gerbang kediaman Perdana Menteri (PM) Ariel Henry dan berusaha memasuki bandara internasional Haiti.
Menurut outlet media lokal Haiti Vant Bef Info, pada Kamis (26/1/2023) petugas polisi di ibu kota Port-au-Prince dan di kota Gonaives turun ke jalan "dalam kemarahan" dan mendirikan barikade yang menyala-nyala.
Beberapa dari mereka dilaporkan pergi ke kediaman resmi PM. Ketika mereka menemukan rumah itu dalam kondisi kosong, mereka langsung menuju ke bandara Port-au-Prince tempat Henry baru saja mendarat setelah pertemuan puncak di Argentina.
Radio Tele Metronome Haiti melaporkan para pengunjuk rasa tampaknya mencoba untuk mendapatkan akses ke bandara dengan memecahkan jendela, namun Henrsy berhasil menyelinap pergi.
Banyak pusat bisnis dan sekolah tutup pada Kamis (26/1/2023) setelah protes.
Port-au-Prince dan kota-kota lain telah ‘disiksa’ selama berbulan-bulan dengan meningkatnya perang geng yang mematikan. Media Haiti melaporkan bahwa penculikan meningkat tajam di negara itu sejak awal tahun.
Dikalahkan oleh banyak geng kriminal, polisi Haiti tidak mampu menghentikan kekerasan.
Pada Oktober 2022, pemerintah Henry mengimbau komunitas internasional untuk pasukan keamanan multinasional untuk membantu memulihkan ketertiban - tetapi panggilan tersebut sejauh ini tidak dijawab, meskipun ada peningkatan bantuan dari AS dan Kanada.
Sebuah kelompok hak asasi manusia (HAM) Haiti, Jaringan Nasional Pertahanan Hak Asasi Manusia, mengatakan 78 petugas polisi telah tewas sejak Henry berkuasa pada 2021.
Menurut kelompok HAM Haiti, kelompok bersenjata mengendalikan dan meneror setidaknya 60% ibu kota dan sekitarnya, serta mengendalikan jalan masuk dan keluar kota.
bensin dan air minum dalam kemasan, sementara wabah kolera memburuk.
Sementara itu, utusan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk Haiti, Helen La Lime, mengatakan pada Rabu (25/1/2023) bahwa situasi di Haiti sangat parah.
"Anda tahu bahwa kekerasan yang digerakkan oleh geng telah mencapai ketinggian baru. Rata-rata, kami menghadapi satu penculikan setiap enam jam pada tahun 2022, terangnya.
"Kami tidak akan memenangkan pertarungan tanpa tingkat dukungan tambahan yang signifikan," lanjutnya.
Editor : Boby
Artikel Terkait