get app
inews
Aa Text
Read Next : Muhammadiyah Pastikan Kadernya Tak Ada yang Berkunjung ke Israel

Lebaran 2022 Diprediksi Serentak 2 Mei, Tapi Tetap Berpotensi Berbeda. Ini kata Astronom

Rabu, 27 April 2022 | 15:16 WIB
header img
Astronom prediksi Lebaran 2022 serentak 2 Mei, tapi berpotensi berbeda (Foto: Dok. Okezone)

Profesor Riset Astronomi-Astrofisika di Pusat Riset Antariksa BRIN, Thomas Djamaluddin mengatakan dirediksi Hari Raya Idul Fitri (Lebaran 2022)  akan seragam antara keputusan Pemerintah dengan Muhammadiyah, yakni pada 2 Mei mendatang. 

"Tapi ada potensi perbedaannya,"ungkap  Thomas juga sebagai anggota Tim Unifikasi Kalender Hijiryah di Kementerian Agama.

Thomas  Lewat postingan di blog pribadinya menyebutkan posisi Bulan pada 29 Ramadhan 1443 atau 1 Mei 2022, di wilayah Indonesia berada pada batas kriteria baru MABIMS. Tingginya sudah di atas 3 derajat, tetapi elongasinya sekitar 6,4 derajat

"Dari berbagai pendapat pakar hisab rukyat, kemungkinan besar Idul Fitri akan seragam 2 Mei, tetapi masih ada potensi perbedaan Idul Fitri 3 Mei 2022," kata Thomas, dikutip pada Rabu (27/4/2022).

Dijelaskannya, beberapa alasan yang mendukung kemungkinan besar Idul Fitri 1443 pada 2 Mei 2022:

1. Secara hisab, posisi bulan pada saat magrib 1 Mei 2022 di wilayah Sumatera bagian utara dekat dengan batas kriteria elongasi 6,4 derajat.

Bahkan, beberapa hisab kontemporer dari sejumlah kitab menunjukkan ada wilayah di Sumatera sudah memenuhi kriteria elongasi 6,4 derajat, seperti hisab yang dilakukan Ibnu Zaid Abdo el-Moeid.

2. Ada dukungan kriteria imkan rukyat (visibilitas hilal) Odeh, di mana pada saat maghrib 1 Mei 2022, di sebagian wilayah Indonesia hilal mungkin bisa dirukyat dengan menggunakan alat optik (binokuler atau teleskop).

3. Bila ada laporan rukyat bahwa hilal terlihat, kemungkinan akan diterima karena dianggap telah memenuhi kriteria baru MABIMS. Apalagi, Lembaga Falakiyah PBNU menggunakan definisi elongasi geosentrik dalam kriterianya. Kalau kesaksian rukyat diterima pada sidang itsbat, secara syari itu sah.

4. Bila tidak ada laporan rukyatul hilal, mungkin juga sidang isbat menggunakan yurisprudensi keputusan sidang isbat penetapan awal Ramadhan 1407/1987, ketika tidak ada laporan terlihatnya hilal padahal saat itu hilal dianggap telah memenuhi kriteria imkan rukyat. Keputusan itu merujuk fatwa MUI 1981.

Menurut Thomas, karena Indonesia berada pada batas kriteria imkan rukyat, secara astronomi diprakirakan hilal sangat sulit dirukyat. Apalagi pada masa pancaroba saat ini, potensi mendung dan hujan mungkin terjadi di lokasi rukyat.

Jadi, ada potensi laporan rukyat menyatakan hilal tidak terlihat. Bila itu terjadi, pengamal rukyat mungkin akan mengusulkan di sidang isbat untuk melakukan istikmal, yaitu menggenapkan Ramadan menjadi 30 hari.

Bila sidang isbat menerimanya, maka Idul Fitri mungkin jadi 3 Mei 2022. Kemungkinan lainnya, jika tetap berpegang pada istikmal, mungkin juga ada ikhbar (pengumuman) terpisah oleh ormas tertentu yang menetapkan Idul Fitri 3 Mei 2022.

"Dengan mempertimbangkan kemaslahatan ummat, kita berharap Idul Fitri 1443 ditetapkan seragam pada pada 2 Mei 2022," ujarnya.

Sebelumnya, Muhammadiyah sudah membuat maklumat bahwa berdasarkan hisab dengan kriteria Wujudul Hilal, Idul fitri jatuh pada 2 Mei 2022.

Persis (Persatuan Islam) juga berdasarkan hisab, pada Surat Edarannya mengumumkan Idul Fitri 2 Mei 2022.

"Kita berharap sidang isbat dan Ikhbar PBNU juga akan menetapkan Idul Fitri pada 2 Mei 2022," imbuh dia.

Editor : Boby

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut