get app
inews
Aa Read Next : Dokter RSUD Karawang Berbagi Cara Diagnosis Down Syndrom Sejak Dalam Kandungan

3 Gangguan pada Anak yang Patut Diwaspadai Oleh Orangtua, Simak Selengkapnya!

Sabtu, 23 Maret 2024 | 04:20 WIB
header img
Dokter Pediatrician pada RSUD Karawang, Dr. Nia Kaniasari., Sp.A (Foto : iNewskarawang.id/Iqbal Maulana Bahtiar)

KARAWANG, iNewskarawang.id - Semua orangtua pasti menginginkan buah hati yang terlahir sehat ke dunia. Akan tetapi, ada beberapa ganguan yang menganggu tumbuh kembang anak yang patut diwaspadai oleh para orangtua.

Sebagaimana yang dikatakan Dokter Pediatrician pada RSUD Karawang, Dr. Nia Kaniasari., Sp.A, ada banyak ganguan pada anak yang baru lahir yang bisa menyebabkan lambatnya tumbuh kembang pada anak. 

Dan kali ini, dirinya membahas tiga gangguan pada anak dapat memiliki dampak besar pada perkembangan anak jika tidak didiagnosis dan diobati dengan tepat yakni, Hipotiroid Kongenital, sindrom intelektual dan down syndrome.

Hipotiroid Kongenital

Dijelaskan Nia, Hipotiroid kongenital adalah gangguan endokrin yang terjadi ketika kelenjar tiroid bayi tidak menghasilkan cukup hormon tiroid, yang esensial untuk pertumbuhan otak dan tubuh.

Ia juga mengatakan jika ada beberapa penyebab dan gejala yang dialami oleh sang buah hati yang mengalami gangguan Hipotiroid kongenital, seperti ; Dysgenesis Tiroid, Dimana kelenjar tiroid tidak berkembang dengan benar atau tidak ada sama sekali. Dyshormonogenesis, Kondisi dimana kelenjar tiroid tidak dapat memproduksi hormon dengan benar. dan Gangguan Genetik, Mutasi dalam gen tertentu yang bertanggung jawab atas produksi hormon tiroid.

"Untuk gejala, orangtua bisa melihatnya secara langsung pada anak karena gelaja umum yang biasa dialami anak yang mengidap ini ialah Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan, Wajah bengkak dan mata yang menonjol, Kulit kering, dingin, dan pucat, Konstipasi, Suara serak atau tangisan yang serak, Kesulitan makan dan peningkatan berat badan yang rendah," Jelas Nia.

Kata Nia, gangguan Hipotiroid kongenital ini sebenarnya bisa ditangani dengan deteksi dini dengan cara melakukan pemeriksaan TSH dan T4 pada Bayi Baru Lahir dengan pemeriksaan rutin yang dilakukan pada beberapa hari pertama kehidupan bayi, USG Tiroid untuk menilai struktur kelenjar tiroid dan pemindaian Radioisotop Untuk menilai fungsi dan letak kelenjar tiroid.

"Kalau sudah dideteksi sejak dini bisa segera diberikan pengobatan seperti Terapi Hormon Tiroid, Penggunaan levothyroxine sintetis untuk menambah kekurangan hormon tiroid di tubuh dan Pemantauan Berkala, Monitoring rutin tingkat TSH dan T4 untuk menyesuaikan dosis obat," Katanya.

Down Syndrome

Down Syndrome atau Sindrom Down adalah kondisi yang menyebabkan anak dilahirkan dengan kromosom yang berlebih atau kromosom ke-21.

Gangguan ini disebut juga dengan trisomi 21 dan dapat menyebabkan seorang anak mengalami keterlambatan dalam perkembangan fisik dan mental, bahkan kecacatan.

Dalam riwayat medis dunia, down syndrome tidak dapat disembuhkan. Namun, penyakit penyerta lainnya bisa diatasi dengan dibutuhkan peran aktif bagi anggota keluarga untuk memberikan kehidupan yang normal bagi pengidap down syndrome.

Ditambah lagi, pengobatan bagi pengidap down syndrome tidak bisa diberikan penganan sembangan dan harus ditangani langsung oleh dokter spesialis yang khusus menangani down syndrome.

"Untuk down syndrome nya memang tidak bisa disembuhkan, tapi, jika untuk penyakit penyertanya atau komplikasi dari down syndrome bisa diobatasi," Kata Nia,

Ia juga memaparkan beberapa penyakit penyerta atau komplikasi penyakit atau ganguan yang bisa menyerang fisik pengidap down syndrome, yakni ; Gangguan pada jantung, Masalah pada pendengaran dan penglihatan, Gangguan gastrointestinal, Obesitas, Masalah pernapasan, Tiroid yang kurang aktif, Alami kejang, Leukemia sejak dini dan Demensia sejak dini.

Adapun pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk mendiagnosis down syndrome sejak masa kehamilan, sebagai berikut ;

Pada Trimester pertama, ibu hamil bisa melakukan pemeriksaan darah, dimana Dokter akan memeriksa tingkat protein PAPP-A dan hormon hCG di dalam darah.

Kemudian, Ultrasound, pada pemeriksaan ultrasound ini Dokter akan melihat bentuk bayi dari gambar dan menilai lipatan jaringan pada bagian belakang leher. Bayi dengan kelainan ini cenderung memiliki cairan berlebih di bagian tersebut.

"Lalu, Trimester kedua dan trimester tiga, ibu hamil bisa melakukan test darah. Hal ini untuk memeriksa protein AFP dan hormon estriol dalam darah. Saat bayi lebih berkembang, pemeriksaan ini dapat memperlihatkan lebih jelas ciri fisik sindrom Down," Jelas Nia.

Selain itu, Pemeriksaan lainnya juga bisa dilakukan untuk memeriksa sampel DNA terkait kromosom 21 tambahan sebelum dilahirkan seperti Chorionic villus sampling (CVS), Amniosentesis dan Percutaneous umbilical blood sampling.

"Hal ini berguna untuk mengambil sel dari plasenta, Cairan diambil dari kantung ketuban yang mengelilingi bayi dan Pemeriksaan ini dilakukan menggunakan darah yang dikeluarkan dari tali pusar," Katanya.

Sindrom Intelektual

Disabilitas intelektual atau juga disebut retardasi mental merupakan sebuah kondisi di mana anak memiliki masalah terkait fungsi intelektual dan fungsi adaptifnya. 

Seringkali, fungsi intelektual dapat dinilai dengan tes IQ. Fungsi adaptif berhubungan dengan kemampuan seseorang dalam melakukan kegiatan sehari-hari.

Lalu, Berdasarkan Ilmu kedokteran, nilai IQ pasien sindrom intelektual ini dapat menunjukkan tingkat keparahan kondisi. Akan tetapi memiliki resiko yang sama, sebab Anak-anak dengan disabilitas intelektual dapat memiliki kesulitan dalam menyampaikan apa yang diinginkan/dibutuhkan olehnya kepada orang lain.

"Tingkatannya beragam, mulai dari yang Ringan, IQ sekitar 50-69, Sedang, IQ sekitar 35-49, Berat, IQ sekitar 20-34, dan Sangat berat, IQ di bawah 20. Ganguannya beragam, mulai dari lambat berbicara, berjalan, berpakaian, atau makan tanpa bantuan serta kesulitan belajar di sekolah, " Ujarnya.

Ada juga beberapa kondisi kesehatan mental, perkembangan saraf, medis dan fisik yang sering terjadi bersamaan pada individu dengan disabilitas intelektual, termasuk gangguan spektrum autisme, palsi serebral, epilepsi, gangguan hiperaktif defisit perhatian , gangguan kontrol impuls , serta gangguan depresi dan kecemasan .

"Mengidentifikasi dan mendiagnosis kondisi yang terjadi bersamaan dapat menjadi sebuah tantangan, misalnya mengenali depresi pada individu dengan kemampuan verbal terbatas. Lalu, Pengasuh keluarga sangat penting dalam mengidentifikasi perubahan halus. Hal itu juga harus disandingkan dengan diagnosis dan pengobatan yang akurat penting untuk kehidupan yang sehat dan memuaskan bagi setiap individu," Tuturnya.

Editor : Frizky Wibisono

Follow Berita iNews Karawang di Google News Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut