get app
inews
Aa Text
Read Next : Indonesia Siap Kirim Pasukan Penjaga Perdamaian ke Gaza!

Jimly Asshiddiqie Menilai Indonesia Bentuknya Republik, Perilaku Politiknya Seperti Kerajaan

Jum'at, 26 Januari 2024 | 15:07 WIB
header img
Jimly Asshiddiqie (Foto: Okezone.com/Heru)

JAKARTA, iNewsKarawang.id-Perilaku politik masyarakat Indonesia belum menggambarkan struktur pemerintahan republik. Justru masih terlihat monarki atau seperti kerajaan.

Demikian Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Jimly Asshiddiqie menilai hal itu dalam kuliah kebangsaan yang disiarkan langsung melalui YouTube Mahkamah Konstitusi RI, Jumat (26/1/2024),

"Sampai sekarang kalau kita evaluasi, apakah perilaku politik masyarakat Indonesia ini sudah republikanisme atau masih monarki? Masih feodal? Jawabnya menurut saya yang nomor dua itu, bentuknya republik, kelakuannya kerajaan," kata Jimly.

Jimly menegaskan, dirinya bukan menyalahkan pihak tertentu, namun hal tersebut merupakan fakta yang jelas tergambar di lapangan. Bahkan, menurut Jimly, hampir seluruh partai politik di Indonesia berbentuk dinasti.

"Ya kan? Ini soal realitas, ini bukan salah benar tapi soal kenyataanya kayak begitu. Coba liat partai politik, ada gak parpol yang tidak dinasti? Semuanya," katanya.

"Cuma kalau udah menjelang pemilu ini saling tunjuk tunjuk, you dinasti tapi tangan yang paling banyak ke dia, dia juga dinasti sebetulnya," sambungnya.

Menurutnya, hal itu terjadi karena cara berpikir yang salah mengenai makna demokrasi, sehingga merusak struktur organisasi bernegara, termasuk organisasi politik.

"Sampai ormas pun begitu, lebih gawat lagi kalau ponpes, itu kan kerajaan juga itu. Jadi kultur berorganisasi kita ini masih kerajaan," ucapnya.

Jimly menjelaskan, untuk membangun peradaban bangsa dalam jangka panjang, kebiasaan-kebiasaan yang salah itu harus diperbaiki. Bentuk-bentuk kerajaan juga harus dihilangkan.

"Kalau kita mau membangun peradaban bangsa untuk jangka panjang, mau ga mau kita harus melakukan modernisasi budaya politik dan modernisasi pelembagaan politik," katanya.

"institusi bernegara berbangsa itu harus inklusif dan modern, dia tidak boleh mengikuti kebiasaan lama, kita harus membiasakan yang benar, bukan membenarkan yang biasa," sambungnya.

Editor : Boby

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut