JAKARTA,iNewsKarawang.id-Dalam menghadapi perubahan dan tantangan zaman,para akademisi didorong untuk selalu siap beradaptasi dengan adanya Artificial Intelligence (AI).
Pasalnya dengan adanya Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan yang saat ini masuk dalam dunia pendidikan sudah tidak bisa dihindari lagi.
"Kampus tidak sekadar memberikan pengetahuan teoritis, namun juga menyiapkan mahasiswa dengan keterampilan berkualitas untuk mampu beradaptasi di dunia kerja dan kehidupan sosial. Begitu juga para akademisi," ungkap Rektor Unika Atma Jaya, Prof Yuda Turana kepada wartawan, Sabtu (9/12/2023).
Yuda Turana menyebut, lulusan berkualitas menjadi fokus penting universitas melalui pengembangan kolaborasi lintas disiplin dalam upaya mencapai keunggulan akademik dan solusi yang berkelanjutan. Semangat kolaborasi, sinergisme, dan inovasi merupakan fokus utama universitas.
"Dengan demikian semangat unggul itu juga yang akan mewarnai pencapaian sumber daya manusia Indonesia yang Unggul,” kata Prof. Yuda Turana, yang juga merupakan Dewan Pembina Komunitas Alzhaimer Indonesia.
Pihaknya memfasilitasi akses mahasiswa kepada sumber daya dan dukungan pengembangan keterampilan adaptif, meningkatkan program pembelajaran yang fleksibel, peluang akses pembelajaran online, dan sertifikat pembelajaran online pada lebih dari 100 universitas ternama dunia. Keterlibatan praktisi industri, pengusaha akan semakin intensif guna memberikan pengalaman nyata akan tantangan dan tuntutan dunia kerja.
AI Jadi Peluang
Mengenai perkembangan Artificial Intelligence (AI) di dunia pendidikan, Prof Yuda Turana mengatakan, pihaknya mencermati secara serius tantangan dan peluang yang dihasilkan dari keberadaan kecerdasan buatan tersebut. Yang jelas, kemampuan beradaptasi dan bertransformasi dengan teknologi tercanggih harus dilakukan.
"Penggunaan teknologi canggih harus memberikan manfaat maksimal bagi kemaslahatan umat manusia berdasarkan moral dan etika itu yang berlaku di masyarakat," ucapnya sebagai Rektor Universitas Katolik Atma Jaya yang baru, periode 2023-2027, menggantikan Agustinus Prasetyantoko.
Menurut pakar saraf Indonesia itu, kolaborasi lintas disiplin memungkinkan melihat masalah dari berbagai perspektif dan mendorong terciptanya inovasi yang revolusioner. Dengan menggabungkan kekuatan dan keterampilan yang berbeda menghasilkan kemampuan menganalisis dan memecahkan masalah-maslah di masyarakat secara holistik, serta membuka pintu untuk penemuan solusi yang lebih kreatif dan efektif.
Pemerintah melalui Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LDIKTI) Wilayah III, berharap kampus memainkan peran lebih proaktif dalam memecahkan persoalan sosial, ekonomi dan budaya di tengah masyarakat. Sehingga perguruan tinggi tetap menjadi institusi yang relevan dan bermanfaat dalam konteks perubahan multidimensional ini.
Editor : Boby