KARAWANG, iNewskarawang.id - Sambut HUT RI Ke-78, Pemerintah Kabupaten Karawang bersama Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Karawang menggelar Seminar Sejarah Napak Tilas Kebulatan Tekad Rengasdengklok di Hotel Mercure Karawang, Selasa (8/8/2023)
Pada kegiatan tersebut turut dihadiri Sekda Karawang Drs. H. Acep Jamhuri mewakili Bupati Karawang unsur Forkopimda, Kepala Kesbangpol, Legiun Veteran, para mahasiswa dari Universitas di Karawang dan Bekasi, para pengurus Ormas, dan pengurus Organisasi Profesi IJTI, INPERA, AJIB, IWOI, MIO dan lainnya.
Tidak hanya itu, dalam kegiatan seminar tersebut juga menghadirkan sejumlah narasumber diantaranya JJ Rizal (sejarawan), Airlangga Pribadi (sejarawan) serta Yuda Febrian Silitonga (penulis buku).
Dalam sambutannya, Sekda Karawang, Acep Jamhuri mengapresiasi PWI karena telah menggagas acara tersebut. Sebab, katanya, kegiatan seminar kali ini sangat kental akan nilai sejarah, terlebih lagi seminar ini membahas mengenai detik-detik proklamasi di Rengasdengklok Karawang.
"Apapun itu yang jelas Karawang melalui Rengasdengklok menjadi sejarah perjuangan rakyat Indonesia dalam memerdekakan RI pada rangkaian memproklamirkan kemerdekaan negara RI tanggal 16 Agustus 1945, kewajiban kita dalam pelurusan peristiwa Rengasdengklok harus dilakukan dari sekarang. Semoga acara hari ini mendapatkan kesimpulan yang jelas, agar perdebatan dapat diluruskan,” ujar Sekda.
Sementara itu, Ketua PWI Karawang, Aep Saepuloh mengungkapkan bahwa seminar ini meripakan salah satu upaya tindak lanjut, dengan mengusung gagasan besar, yakni mengangkat situs-situs sejarah yang ada di Rengasdengklok.
"Ini untuk didefinisikan dan dikembangkan, terutama narasi-narasi sejarahnya bahwa kita harus sepakat sejarah Rengasdengklok ini seperti apa sih dalam pusaran Kemerdekaan RI," kata Aep
Lebih lanjut, Aep juga membeberkan jika diksi penculikan ini bukan menjadi pokok penting, tujuannya adalah bagaimana meng-clear-kan sejarah Rengasdengklok itu sendiri sisi dari sejarah Rengasdengklok bisa tersajikan secara utuh.
"Pokoknya bukan di penculikan, tujuannya adalah bagaimana meng-clear-kan sejarah Rengasdengklok itu sendiri sisi dari sejarah Rengasdengklok bisa tersajikan secara utuh. kemudian selanjutnya kita serahkan kepada pemerintah,” tuturnya.
Kemudian dalam paparannya, Sejarawan sekaligus Dosen FISIP Unair, Airlangga Pribadi Kusman menyampaikan peristiwa Rengasdengklok pada (16/8/1945) menjadi bentuk artikulasi dari tokoh pergerakan kaum muda yang mempunyai keinginan untuk Indonesia segera merdeka.
"keinginan kaum muda ini sama dengan pemikiran dari Soekarno dan Muhammad Hatta. Meski begitu terdapat perbedaan yang terletak di teknis. Soekarno dan Muhammad Hatta mempunyai keinginan agar kemerdekaan terdapat legalitas yang kuat," jelasnya
Tidak hanya itu, Ia mengungkapkan peristiwa penculikan yang terjadi pada masa itu sebagai bentuk untuk melindungi, mengamankan dan mengajak Soekarno serta Muhammad Hatta.
Sambungnya, Hal tersebut dilakukan agar proses kemerdekaan berjalan secara lancar dan baik.
"Arti penting dari peristiwa ini sebetulnya cara pelibatan kekuatan pemuda sebagai kekuatan yang siginifikan dalam kemerdekaan. Dilihat dari historysitas sejarah memang sebagai bentuk penculikan, tetapi pada masa itu bukan sebagai makna yang negatif," tandasnya.
Editor : Frizky Wibisono