JAKARTA, iNewsKarawang.id - Perubahan besar pada politik Indonesia terjadi pada zaman Reformasi. Tentunya hal ini dirasakan juga oleh KH. Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, yang merupakan salah satu tokoh Reformasi.
Seperti perubahan itu terjadi pada sistem pemilihan umum dimana siapapun berhak menjadi calon legislatif di daerah maupun pusat termasuk para kiai. Nahdlatul Ulama sebagai organisasi Islam terbesar di Indonesia pun turut mendirikan partai, yang tentu saja, banyak diisi para kiai.
Disadur dari dari buku Humor Para Kiai: Menebar Tawa Menuai Hikmah karya Chalis Anwar, partai para kiai itu rampung menyusun daftar caleg. Namun, seorang kiai yang namanya tidak masuk daftar protes kepada ketua organisasi, kebetulan Gus Dur sedang berada di sana.
"Mengapa nama saya tak terdaftar?" protes sang kiai.
"Sudahlah menjadi anggota legislatif itu urusan dunia, urus akhirat saja!" jawab ketua organisasi.
"Bukan begitu masalahnya," balas kiai itu
"Apa masalahnya?" tanya ketua organisasi bingung.
"Soal kemaluan saya gimana, saya kan sudah kampanye kemana-mana!" jawab kiai.
Mendengar itu Gus Dur tertawa terpingkal-pingkal sambil berkomentar,"Begitulah warga NU susah membedakan mana malu dan kemaluan!"
Editor : Boby