"Penyelam didalam air itu bernafas dari aliran angin kompresor ke mulut mereka. Padahal sudah ada korban menghirup kompresor didalam laut. Namun para penyelam itu tidak pernah kapok," kata Darma saat bertemu di perairan Tangkolak.
Menurut Darma saat didalam air penyelam itu membawa.pahat dan palu kemudian.alat tersebut digunakan untuk mencongkel terumbu karang. Terumbu karang yang kecil-kecil banyak dicari untuk dijual.
"Ukuran kecil harga jualnya antara Rp 3 ribu hingga Rp 5 ribu. Dalam seminggu bisa kumpul 1 truk penuh dan laku dijual," katanya.
Menyelam menggunakan kompresor memang lebih murah dibandingkan menggunakan oksigen. Menggunakan oksigen diharuskan memakai alat scuba lengkap dengan oksigen mengeluarkan biaya Rp 30 juta. Jika menggunakan kompresor hanya Rp 8 juta.
"Biaya menyelam lebih murah dengan kompresor makanya nelayan lebih suka itu karena murah,"katanya.
Kitab Tua Laut Tangkolak, Dari Halaman yang Robek Menuju Bab Penebusan. Foto : iNewskarawang.id/Frizky Wibisono.
Berdasarkan data dari ahli terumbu karang
Institut Pertanian Bogor (ITB), DR. IR. Wazir Mawardi menyebutkan luas area terumbu karang mencapai 4.020 hektare.
Dari jumlah itu kerusakan terumbu karang lebih dari separuhnya. Dampak yang terjadi yaitu nelayan menjadi sulit mendapatkan ikan dan hewan laut lainya. Hasil tangkapan nelayan menjadi surut dari sebelumnya melimpah ruah.
Kondisi perairan Tangkolak menarik perhatian Pertamina Hulu Energi Offshore Nort West Java (PHE ONWJ) yang memberikan jalan keluar untuk mengatasi kerusakan terumbu karang.
Editor : Frizky Wibisono
Artikel Terkait
