KARAWANG, iNEWSKarawang id – Ketua Paguyuban dan Seniman Jawa Barat, kritik tajam Tugu “The Windows” yang berdiri di Jl Interchange Karawang Barat. Tugu yang memakan anggaran Rp8,7 Miliar itu dinilai sebagai pembangunan yang gagal karena tidak mencerminkan identitas dan budaya Karawang.
Menurut Ketua Paguyuban dan Seniman Jawa Barat Nace Permana, tugu berbentuk kotak tersebut sama sekali tidak memiliki filosofi dan tidak mencerminkan ciri khas Karawang sebagai kota lumbung padi, kota industri, maupun kota seni budaya.
"Ini tugu fenomenal, tapi dalam artian negatif. Dibangun dengan nilai fantastis, namun secara bentuk dan makna tidak menggambarkan identitas Karawang. Saya melihat tugu ini seperti kotak ajaib di film Doraemon,"ujar Nace, Kamis (22/5/2025).
Nace menegaskan, masih banyak simbol-simbol yang lebih layak dijadikan tugu seperti Tugu Padi, Patung Pejuang Karawang, hingga ornamen budaya seperti Bedog Lubuk yang menjadi bagian dari logo Kabupaten Karawang.
“Karawang punya sejarah perjuangan di Rengasdengklok dan Rawagede, juga dikenal sebagai kota seni dan budaya. Tapi kenapa yang dibangun justru tugu yang tidak mencerminkan jati diri Karawang. Ini mencerminkan kurangnya ide dan visi dari para birokrat,”kata Nace.
Nace juga menekankan pentingnya akuntabilitas dalam penggunaan anggaran publik, khususnya di tengah sorotan masyarakat yang semakin kritis terhadap pembangunan infrastruktur yang tidak berdampak langsung pada identitas daerah.
"Saya mendesak aparat penegak hukum (APH), baik kepolisian maupun kejaksaan, untuk segera turun tangan tanpa harus menunggu laporan. Ini uang rakyat, harus dipastikan sesuai spesifikasi atau tidak. Bila ditemukan potensi korupsi, harus diproses secara hukum,” pungkasnya.
Sementara itu, Rozikin (58) warga Desa Margakarya, Telukjambe Barat mengungkapkan, perbaikan jalan dan penyelesaian proyek jembatan yang selama ini menjadi sumber kemacetan di wilayahnya lebih mendesak dibandingkan pembangunan tugu The Windows.
“Kalau boleh memilih, lebih baik prioritaskan pembangunan jembatan dan jalan. Itu yang benar-benar dibutuhkan warga. Ini kan jalur berangkat-pulang orang PT jadi setiap hari pasti macet,” ungkap Rozikin, Senin (19/5/2025).
Rozikin juga menilai, pembangunan tugu tersebut terkesan tidak melalui proses sosialisasi yang jelas kepada masyarakat.
"Saya sendiri nggak tahu konsepnya itu apa. Banyak orang nanya ke saya itu tugu apa, tapi saya sendiri bingung menjelaskannya," tutupnya.
Editor : Frizky Wibisono
Artikel Terkait