KARAWANG, iNewskarawang.id - Karawang baru-baru ini dihebohkan dengan kemunculan kawanan tikus di daerah Tirtajaya dan Kertabumi. Fenomena ini memicu perhatian, terutama setelah analisis dari dokter hewan memberikan wawasan tentang kemungkinan penyebabnya.
Musim dan Lingkungan Berperan Besar
Drh. Dian Kurniasih, pejabat di Otoritas Veteriner UPTD Puskeswan Karawang, menjelaskan bahwa ada dua faktor utama yang menyebabkan tikus muncul ke permukaan. Di wilayah pesawahan, khususnya Tirtajaya dan Tempuran, siklus alami dan musim panen menjadi pendorong.
“Setelah kemarau panjang, hujan membuat tikus keluar dari persembunyian, terutama di daerah yang kaya sumber makanan,” jelasnya.
Di sisi lain, di area perkotaan, masalah kebersihan lingkungan turut andil. “Tikus cenderung berkumpul di tempat-tempat kotor seperti gorong-gorong dan tempat sampah, dan dengan musim hujan, sarang mereka terancam,” tambahnya.
Terputusnya Rantai Makanan
Dian juga menyoroti bahwa meningkatnya populasi tikus bisa jadi akibat terputusnya rantai makanan alami. Predator alami seperti ular dan burung hantu semakin jarang ditemui, sehingga populasi tikus tidak terkendali. Untuk mengatasi hal ini, ia menyarankan petani untuk membangun rumah burung hantu sebagai solusi.
Potensi Penyakit Berbahaya
Keberadaan tikus tak hanya mengganggu, tetapi juga berbahaya bagi kesehatan. Menurut Dian, tikus merupakan vektor utama dua penyakit zoonosis: Leptospira dan Plague (Pes). Penyakit ini dapat menular ke manusia dan hewan, menjadikannya masalah serius yang perlu diwaspadai.
“Masyarakat harus berhati-hati dan menghindari area tempat tinggal tikus, serta waspada terhadap genangan air di musim hujan, karena penyakit ini bisa menyebar melalui urin tikus,” imbaunya.
Kerja Sama untuk Kesehatan Bersama
Dian mengingatkan pentingnya kolaborasi antara pemerintah dan masyarakat dalam menjaga kesehatan lingkungan.
"Kita perlu menerapkan prinsip ‘one health’ yang melihat kesehatan dari berbagai sisi, baik manusia maupun hewan, untuk mencegah potensi wabah di masa depan,” tegasnya.
Editor : Frizky Wibisono
Artikel Terkait