KARAWANG, iNewskarawang.id - Di tengah pesatnya pertumbuhan industri di Kabupaten Karawang, di mana banyak anak muda berbondong-bondong mengejar pekerjaan di pabrik, muncul satu kisah inspiratif dari Aulia Azfar Mucharamsyah, seorang pemuda yang berhasil mendirikan dan mengelola peternakan budidaya lobster air tawar yang dikenal dengan nama Lataz Farm.
Perjalanan Lataz Farm, yang kini telah berdiri selama 6 tahun, berawal dari motivasi personal yang menyentuh hati. Azfar, yang kehilangan ayahnya pada awal tahun 2017, terinspirasi oleh usaha ayahnya yang sebelumnya mengelola budidaya ikan.
Namun, usaha tersebut terpaksa dihentikan karena kerugian dari hasil panen. Dari kegagalan itu, Azfar menemukan tekad baru untuk mengembangkan usaha yang berbeda: budidaya lobster air tawar.
“Saat itu ibu saya meneruskan usaha ayah, tapi karena berbagai kendala usaha tersebut tidak bisa bertahan. Dari situlah saya memulai ide baru untuk beralih ke budidaya lobster air tawar,” kata Azfar, menceritakan kisahnya kepada pewarta.
Azfar mengakui bahwa sulitnya mencari pekerjaan di Karawang semakin mendorongnya untuk memilih jalur berbeda. Ia ingin mengubah mindset para pemuda bahwa menjadi petani muda bukan hanya alternatif, melainkan pilihan yang menjanjikan.
Ia memilih budidaya lobster air tawar karena kepraktisannya—pakan lobster bisa diperoleh dari bahan nabati seperti sayuran yang mudah ditemukan, serta bahan hewani seperti keong sawah, yang kebetulan bisa ia ambil dari sawah di sekitar kolamnya.
“Pakan lobster itu sederhana. Saya bisa memanfaatkan sayuran dan keong sawah, sehingga biaya pakan bisa hampir nol rupiah,” jelasnya.
Lataz Farm resmi berdiri pada awal tahun 2019. Dengan modal antara Rp 30-50 juta, Azfar menyulap sawah keluarganya menjadi kolam terpal untuk memulai budidaya lobster.
Kendati demikian, usahanya tak luput dari tantangan besar. Ketika pandemi Covid-19 melanda, Azfar mengalami kerugian besar akibat kematian ribuan ekor lobster. Namun, dengan semangat dan tekad yang kuat, ia terus bertahan.
“Dulu saya hanya memiliki 8 kolam terpal, termasuk 1 kolam untuk pemijahan, 1 untuk inkubasi telur, dan sisanya kolam pembesaran. Alhamdulillah, sekarang sudah berkembang menjadi 16 kolam beton dan beberapa tambak budidaya,” ujarnya.
Tak hanya bertahan, Azfar berhasil membuktikan bahwa usaha budidaya lobster air tawar memiliki potensi yang luar biasa. Saat ini, Lataz Farm mampu menghasilkan 750 kilogram lobster per bulan yang dijual ke berbagai restoran di daerah seperti Bali, Bandung, dan Jakarta, dengan harga sekitar Rp 125 ribu per kilogram.
“Alhamdulillah sekarang kami bisa panen dan menjual sekitar 750 kg per bulan ke restoran-restoran di berbagai kota,” tambahnya.
Lebih dari itu, Lataz Farm bahkan sudah menembus pasar internasional. Azfar pernah mengekspor lobster air tawar ke beberapa negara, termasuk China dan Filipina. Namun, permintaan ekspor yang sangat besar mendorongnya untuk terus meningkatkan kapasitas produksi.
Dengan segala pencapaian dan tantangan yang telah dilalui, Lataz Farm kini berdiri sebagai contoh nyata bahwa usaha pertanian modern bisa menjadi jalan sukses, bahkan di tengah kota industri seperti Karawang. Kisah Azfar ini bukan hanya tentang keberhasilan bisnis, tetapi juga tentang keberanian untuk menempuh jalan yang tidak biasa dan mengubah cara pandang generasi muda terhadap dunia pertanian.
"Semoga dapat menjadi inspirasi bagi anak muda Karawang lainnya untuk berani keluar dari zona nyaman dan menciptakan peluang baru dalam bidang yang mungkin belum banyak digarap," tandasnya.
Editor : Frizky Wibisono
Artikel Terkait