KARAWANG, iNewskarawang.id - Siapa tak kenal dengan pasukan pembersih atau pasukan oranye. Berstatus sebagai tenaga harian lepas (THL) di Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK), mereka menjadi garda depan pembersih kota.
Dengan mengenakan seragam khasnya yang berwarna oranye, dari mulai pagi buta mereka sudah mengitari jalanan perkotaan menyapu sampah sisa padatnya aktivitas kota di Kabupaten Karawang.
Namun sayangnya, dalam melaksanakan tugasnya tersebut tidak semudah kelihatannya. Tidak sedikit mereka (pasukan oranye) mendapat perilaku kurang mengenakan mulai dari masyarakat hingga pejabat di instansinya bekerja.
Sebagaimana yang diungkapkan oleh seorang petugas pengangkutan sampah di Karawang, Aceng (nama samaran). Ia mengaku mendapat upah minim, bahkan masih jauh lebih rendah dibandingkan petugas serupa di daerah tetangga seperti Kabupaten Purwakarta, ditambah lagi ia harus bekerja dengan sarana dan prasana pendukung pekerjaan yang minim dan rawan.
Parahnya meski bekerja dijalanan, tak ada jaminan keselamatan kerja maupun jaminan kesehatan, padahal pekerjaan yang telah Ia enyam selama 10 tahun itu terbilang pekerjaan yang penuh resiko. Sebab, berhubungan langsung dengan beragam jenis limbah.
"Ada jaminan kesehatan dan jaminan keselamatan kerja, tapi tidak semua dapat. Dari ratusan pekerja hanya sekitar 50persen yang mendapat jaminan kesehatan,"Ungkapnya.
"Miris lah pokoknya, kita bekerja berhubungan dengan penyakit tapi APD dan jaminan keselamatan kita tidak terjamin,"Imbuhnya.
Potret Armada Pengangkutan Sampah di Karawang (Foto : iNewskarawang.id/Iqbal Maulana Bahtiar)
Bekerja Dihantui Oleh Maut
Bukan hanya tidak mendapatkan jaminan keselamatan dan kesehatan, dalam pekerjaannya sebagai pengangkut sampah pun harus dihantui oleh maut karena mengendarai armada usang atau reyot yang sudah tidak layak pakai.
Ia juga menceritakan tidak hanya sekali dirinya bersama tim mengalami kecelakaan, mulai dari tabrakan hingga terperosok akibat rem yang blong.
Hal itu semakin membuat miris para pasukan oranye, padahal mereka merupakan garda terdepan dalam urusan kebersihan di Kabupaten Karawang.
"Armada yang tidak layak pakai masih kita gunakan. Itu bener-bener bertaruh dengan nyawa. Ditambah lagi, karat di sekujur mobil yang bisa sewaktu-waktu menjadi penyebab menancap ke tubuh kita," Ujarnya.
Kehilangan Rekan Kerja Karena Sebatang Tusuk Sate
Bukan hanya Aceng, Sodik (nama samaran) yang merupakan supir armada angkutan sampah di Karawang juga menceritakan kisah salah satu rekannya yang meninggal karena kakinya tertusuk sebatang tusuk sate.
Kala itu, Ia bersama rekannya tengah melakukan rutinitas mengangkut sampah. Tanpa diduga, salah satu rekannya menginjak tusuk sate yang tembus ke kakinya. Padahal rekannya tersebut telah mengenakan sepatu boot. Tidak lama dari kejadian itu, rekannya tersebut meninggal dunia.
"Kejadiannya udah lama. Cukup miris, kita dikasih apd yang kualitasnya jelek. Sampai rekan kerja saya meninggal karena kakinya tertusuk sebatang tusuk sate," Jelas dia.
Secercah Harapan Pasukan Oranye di Karawang
Dari segala resiko yang dihadapinya selama bekerja, kedua pasukan oranye itu berharap pemerintah bisa lebih memperhatikan para pasukan oranye.
"Ya minimal sarana dan prasarana operasional kerja kita diperhatikan, baik armada, alat kerja dan jaminan kesehatan kita. Jangan sampai kita kehilangan nyawa karena kurangnya perhatian itu," Ungkap mereka.
Editor : Frizky Wibisono
Artikel Terkait