Harga Kedelai Meroket, Ratusan Pengusaha Tahu di Karawang Mogok Produksi

Muhtar Galuh Ardian
Produksi tahu di Kampung Kepuh, Kelurahan Karangpawitan, Kecamatan Karawang Barat, Kabupaten Karawang. (Senin, 21/2). (Foto: iNews Karawang/ Muhtar Galuh Ardian)

KARAWANG, iNews.id - Akibat harga kedelai membumbung tinggi. Ratusan perajin tahu di Kabupaten Karawang melakukan mogok produksi.

Salah satu perajin tahu di Kampung Kepuh, Kelurahan Karangpawitan, Kecamatan Karawang Barat, Sidik Rillah (40), aksi mogok dilakukan serentak se-Jawa Barat yang digelar sejak hari Senin (21/2).

"Imbauan dari Kopti (Koperasi Pedagang Tahu dan Tempe Indonesia) Jawa Barat, semuanya libur," kata Sidik di pabrik miliknya, Senin (21/2).

Diketahui, sejak beberapa waktu lalu, harga kedelai impor melonjak naik dari yang biasanya Rp 9.500 per-kilogram, sampai jadi Rp 11.500 per-kilogram. Naiknya bahan baku kedelai import membuat para perajin dilema.

"Harga yang sebelumnya saja konsumen sudah berat, apalagi keadaan sekarang. Kami juga tidak bisa memperkecil bentuk tahu, karena kalau diperkecil, harga produksi membengkak. Kalau menyesuaikan dengan harga bahan baku, kami takut tahu produksi kami tidak laku," ujar Sidik.

Sebelum harga bahan baku kedelai naik, dalam sehari, pabrik milik Sidik rata-rata memproduksi tiga kuintal tahu, paling sedikit 270 kilogram.

Sidik biasa menjual potongan tahu ukuran kira-kira segenggaman tangan dengan harga Rp 4.500. Bahan baku tahu terdiri dari kayu bakar, kunyit, garam, dan kedelai. Hanya kedelai yang impor.

"Saat ini produksi cuma 110 kilogram per-hari," sambungnya.

Di pasaran, bahan baku kedelai impor tidak mengalami kelangkaan. Hanya memang harganya melonjak naik.

"Kami masih tunggu instruksi dari Kopti Jabar terkait kelanjutan aksi mogok kalau harga kedelai belum juga turun," katanya.

Sementara itu terpisah, Subkoord Sub Subtansi Akabi (Aneka Kacang dan Umbi) pada Dinas Pertanian Karawang Dyah Setya Wuryani menuturkan, per-tahun 2021, Kabupaten Karawang memproduksi 2.000 ton kedelai. Namun kedelai itu tidak digunakan sebagai bahan baku oleh perajin tahu dan tempe.

2.000 ton produksi kedelai itu sebagian besar dipasarkan untuk bahan baku edamame, sejenis camilan dari kedelai muda. Sebagian lagi dibeli oleh pabrik berskala besar.

"Perajin pakai kedelai impor. Kedelai lokal kurang laku. Alasannya, karena kedelai impor lebih besar bijinya dan lebih bersih. Padahal meski kedelai lokal bijinya lebih kecil, tapi kandungan gizi, lemak, dan protein lebih kaya," katanya.

Editor : Boby

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network