JAKARTA, iNewsKarawang.id - Banyak orang memiliki kebiasaan mendengkur atau mengorok saat tidur, tidak terbatas pada gender atau usia, seperti wanita, pria, remaja, dewasa muda, dan orang paruh baya. Selain menjadi masalah kebisingan, kebiasaan tidur ini juga dapat berhubungan dengan masalah kesehatan lainnya. Ada bahaya yang terkait dengan kebiasaan tidur ini yang dapat mempengaruhi fungsi otak.
Dalam sebuah artikel yang dipublikasikan oleh New York Post pada hari Selasa tanggal 11 April 2023, disebutkan bahwa hasil penelitian menunjukkan bahwa gangguan tidur yang umumnya menyebabkan seseorang mengalami gangguan pernapasan saat tidur atau sleep anea, dapat menyebabkan penurunan kemampuan kognitif yang berkelanjutan dan berisiko terhadap terjadinya demensia dini pada individu yang menderita Obstructive Sleep Apnea (OSA). Hal ini disebabkan oleh terhentinya aliran darah dan oksigen ke otak ketika seseorang mengalami gangguan pernapasan tersebut.
Hal ini diungkap lewat hasil studi yang dipublikasikan dalam Jurnal Frontiers in Sleep, digelar oleh para peneliti dari King's College London dengan melibatkan 27 pria berusia antara 35 hingga 70 tahun yang baru saja didiagnosis menderita sleep apnea.
Para peneliti juga membandingkan hasil dari tujuh orang pria yang tidak menderita sleep apnea dan memiliki latar belakang kesehatan dan pendidikan yang sama. Ketika penelitian, setiap peserta diminta untuk mengenakan penutup tengkorak khusus saat tidur.
Tim peneliti bertujuan untuk dapat mengukur gelombang otak sebagai salah satu indikator untuk memantau aktivitas otak selama tidur. Selain itu, tim peneliti juga memantau beberapa faktor lain seperti kadar oksigen dalam darah, detak jantung, pernapasan, gerakan mata dan kaki, serta fungsi kognitif, yang semuanya dapat memberikan informasi yang berguna dalam mengevaluasi kualitas tidur dan kesehatan umum seseorang. Dengan memperoleh data dari berbagai faktor ini, tim peneliti dapat lebih memahami gangguan tidur dan masalah kesehatan terkait yang mungkin terjadi pada individu yang sedang diteliti.
Hasilnya menunjukkan, orang yang didiagnosis sleep apnea parah menjadi kurang sadar, kurang fokus, punya masalah memori jangka pendek dan ketidakmampuan untuk memenuhi target dalam kehidupan sehari-hari. Sementara, kelompok orang dengan sleep apnea yang lebih ringan terlihat punya fungsi kognitif yang lebih besar.
Peneliti menilai, hasil tersebut bisa disebabkan karena beberapa faktor. Meliputi rendahnya oksigen dan tingginya kadar karbon dioksida dalam darah, perubahan aliran darah ke otak, dan peradangan di otak. Semua ini, disebut menyebabkan perubahan neuroanatomis dan struktural yang meluas di otak dan defisit kognitif dan emosional fungsional yang terkait.
“Interaksi yang kompleks ini masih kurang dipahami, tetapi kemungkinan besar hal ini menyebabkan terjadinya perubahan neuroanatomis dan struktural yang meluas di otak dan defisit kognitif dan emosional fungsional yang terkait,” jelas Dr. Ivana Rosenzweig, Neuropsikiater sekaligus penulis utama studi.
Editor : Boby
