JAKARTA,iNewsKarawang.id – Dengan hadirnya Tim Nasional (Timnas) Israel U-20 di 24 peserta Piala Dunia U-20 2023 menghadirkan sebuah polemik karena banyaknya pihak dari Indonesia yang menolak kehadiran para pemain dari negara tersebut.
Maka untuk menyelesaikan masalah tersebut, Ketua Umum PSSI, Erick Thohir akan terbang ke markas FIFA di Zurich, Swiss pada Selasa (28/3/2023) malam ini.
Seperti yang diketahui, awalnya Pemerintah Indonesia menetapkan enam provinsi sebagai venue pertandingan Piala Dunia U-20 2023, yaitu DKI Jakarta, Sumatera Selatan, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Bali.
Kendati demikian, gelombang penolakan terhadap negara yang terletak di ujung timur laut Mediterania itu muncul jelang Kick Off Piala Dunia U-20. Salah satu kepala daerah yang turut menolak kehadiran Israel adalah Gubernur Bali, Wayan Koster; Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo hingga Mantan Ketua PBNU, Said Aqil Siradj.
Penyelenggaraan Piala Dunia Sepak bola FIFA U-20 Tahun 2023, direncanakan berlangsung pada 20 Mei sampai 11 Juni 2023. Laga dunia ini akan diikuti oleh 24 Negara termasuk Israel.
Hal itu berbuntut panjang drawing atau pengundian grup peserta Piala Dunia U-20 2023 yang harusnya diselenggarakan di Bali pada 31 Maret 2023 pun dibatalkan oleh FIFA.
Karena tak ingin masalah tersebut berkembang begitu lama, Erick Thohir akan mencoba mencari jalan keluarnya dengan berbicara langsung dengan FIFA. Ia pun merasa kemungkinan keputusan tidak akan bisa membuat semua pihak senang, namun ia menilai masalah tersebut harus tetap dicari jalan keluarnya.
"Malam ini saya akan berangkat ke FIFA, salah satunya untuk berdiskusi apa yang baik walaupun kita tahu keputusan itu tidak bisa membuat bahagia kita semuanya. Tapi paling tidak kita harus mencari titik terang," kata Erick Thohir dalam acara 'Buka Puasa Bersama Tokoh Lintas Agama' di Hotel Borobudur, Sawah Besar, Jakarta Pusat, Selasa (28/3/2023).
Erick menilai sebagai pencinta olahraga, bahwa dengan olahraga bisa menjadi alat persatuan. Namun, terkadang olahraga menjadi alat politik.
"Tentu konteksnya saya sebagai orang yang cinta olahraga, bahwa olahraga sebuah alat persatuan yang tentu kadang-kadang debatnya apakah olahraga sebagai persatuan itu bisa juga dikategorikan yang namanya alat politik," ucapnya.
"Kalau kita melihat konteks olahraga dengan politik kita bisa melihat bagaimana bendera dikibarkan ada dua hal karena kedatangan presidennya pimpinannya atau tim olahraganya juara," tutup Erick Thohir.
Editor : Frizky Wibisono
Artikel Terkait