Menurut Abdul Azhim Al-Zarqaniy, faktor-faktor di atas menjadi penunjang terpelihara dan dihafalkannya ayat-ayat Alquran. Itulah sebabnya, banyak riwayat sejarah yang menginformasikan bahwa terdapat ratusan sahabat Nabi SAW yang menghafalkan Alquran. "Bahkan dalam peperangan Yamamah, yang terjadi beberapa saat setelah wafatnya Rasul SAW, telah gugur tidak kurang dari tujuh puluh orang penghafal Alquran," ujar Abdul Azhim Al-Zarqaniy. Walaupun Nabi SAW dan para sahabat menghafal ayat-ayat Alquran, namun guna menjamin terpeliharanya wahyu-wahyu Ilahi itu, beliau tidak hanya mengandalkan hafalan, tetapi juga tulisan. Sejarah menginformasikan bahwa setiap ada ayat yang turun, Nabi SAW lalu memanggil sahabat-sahabat yang dikenal pandai menulis, untuk menuliskan ayat-ayat yang baru saja diterimanya, sambil menyampaikan tempat dan urutan setiap ayat dalam surahnya. Ayat-ayat tersebut mereka tulis dalam pelepah kurma, batu, kulit-kulit atau tulang-tulang binatang. Sebagian sahabat ada juga yang menuliskan ayat-ayat tersebut secara pribadi, namun karena keterbatasan alat tulis dan kemampuan maka tidak banyak yang melakukannya disamping kemungkinan besar tidak mencakup seluruh ayat Alquran.
"Kepingan naskah tulisan yang diperintahkan oleh Rasul itu, baru dihimpun dalam bentuk 'kitab' pada masa pemerintahan Khalifah Abu Bakar ra ," ujar Abdul Azhim Al-Zarqaniy.
Editor : Frizky Wibisono
Artikel Terkait