Dari Ethiopia, mereka bermigrasi ke Kenya dan tinggal di kamp-kamp pengungsi untuk kemudian merantau ke Amerika Serikat ketika Nyakim Gatwech berusia 14 tahun. Keluarga ini awalnya menetap di Buffalo, New York, tetapi kemudian pindah ke Minneapolis, Minnesota.
Ketika pindah ke Amerika Serikat, Nyakim Gatwech sering mengalami diskriminasi karena warna kulitnya. Ia bahkan pernah menangis sampai tertidur karena berpikir dia tidak cukup cantik.
"Saya tidak pernah punya masalah dengan warna kulit saya sampai saya datang ke Amerika, pergi ke sekolah menengah saya dan menyadari semua orang menatap saya. Anak-anak lain mengolok-olok saya," kata Nyakim, dikutip dari situs Teen Vogue, Selasa (23/8/2022).
Namun seiring dengan berjalannya waktu, ia bisa menerima kondisi fisiknya tersebut dan mengubahnya menjadi sebuah kekuatan. Nyakim Gatwech bahkan selalu meminta ibunya untuk mengingatkannya bahwa dia cantik.
“Butuh waktu untuk mencintai dirimu apa adanya. Percaya diri dalam situasi apa pun," ucap Nyakim Gatwech.
"Jika Anda mencintai diri sendiri, orang lain akan melihat. Itu akan terpancar melalui Anda,” imbuhnya.
Setelah lulus sekolah, Nyakim Gatwech menempuh studi di Cloud State University dengan mengambil jurusan keperawatan. Di bangku kuliah inilah, Nyakim Gatwech mulai memiliki ketertarikan dalam dunia modelling.
Padahal, ia dulunya bahkan tak mengetahui arti istilah ‘modelling’. Namun kakak perempuannya, yang juga pernah menjadi model, mendorongnya untuk terjun ke industri modelling.
Editor : Boby
Artikel Terkait
