Is melihat dinamika politik yang begitu cair maka dibutuhkan partisipasi aktif dari publik dan suara dari masyarakat sipil untuk mendorong agar Pilpres tidak diikuti hanya dua pasangan calon (paslon). Menurut profesor riset BRIN ini, Pilpres 2014 dan 2019 sudah cukup memberikan pelajaran atas dampak yang ditimbulkan ketika hanya ada dua pasang calon (paslon).
"Jadi menurut saya kalau kita enggak aktif seperti 2014 dan 2019, pasti dua poros, yang mereka sukai saja. Untuk apa pisah-pisah, bikin energi terkuras, toh enggak menang. Maka, sekarang ini sangat tergantung pada civil society," bebernya.
Oleh karena itu, Wiwiek menekankan pentingnya masyarakat sipil untuk mendorong partai politik untuk menjalankan fungsi representasinya, dengan menghadirkan lebih dari dua paslon capres-cawapres.
"Jadi kalau civil society-nya kuat menyuarakan bahwa pelajaran 2 kali pemilu membuat kita ini fungsi representasi yang harusnya dilakukan partai-partai, tidak dilakukan. Itu yang harus terus dinuansakan dan dampak-dampak dari hanya 2 pasangan calon. Jadi kalau kita diam, civil society-nya diam, ya mereka melenggang," tandasnya.
Editor : Boby
Artikel Terkait