KARAWANG, iNewsKarawangid - Di antara gempuran tarian modern yang digemari generasi muda di Karawang. Srikandi Lodaya berupaya tetap bertahan melestarikan seni tari tradisi hingga tampil di berbagai daerah.
Dari wawancara khusus, Srikandi Lodaya merupakan grup tari yang dibentuk oleh Nace Permana (Ketua Umum LSM Lodaya Karawang). Ada 7 penari yang menjadi Srikandi Lodaya, para penari tersebut merupakan hasil seleksi ketat LSM Lodaya dalam pengembangan seni tari tradisi.
Dibentuk sejak dua tahun lalu, Srikandi Lodaya dikatakan Nace memiliki misi pelestarian seni tari tradisi Jaipong.
“Srikandi ini kami buat untuk mengenalkan seni tari tradisi Jaipong, dan salah satunya mengenalkan tarian kreasi Jaipong Bedog Lubuk khas Karawang yang kami buat,” kata Nace saat diwawancarai saat penyeleksian penari untuk pembentukan grup kedua Srikandi Lodaya di Cafe Best Friend, Sabtu (17/9/2022).
Sementara itu, Srikandi Lodaya angkatan pertama terdiri dari 7 penari muda. Antara lain, Hana Aulia Zahra (20), Kanaya Rahmatia, Chairunnisa (18), Tiara Putri Wiranata (15), Alda Cantika Putri (19), Salsa Rizkya (17), Raisa Salsabila (17) dan Violita Oktaviani (22).
Ketujuh penari muda tersebut diketahui juga memiliki prestasi sebelum menjadi bagian dari Srikandi Lodaya.
Seperti halnya Hana Aulia Zahra yang pernah menjuarai berbagai lomba tari Jaipong di beberapa ajang lomba di Karawang ataupun luar Karawang.
“Saya memilih tari Jaipong tentunya senang, juga ingin melestarikan, karena siapa lagi kalau bukan generasi muda,” kata Hana yang berstatus mahasiswa seni tari di UPI Bandung.
Hana juga mengakui senang bergabung dengan Srikandi Lodaya dari segi pengembangan seni tarinya.
“Di Srikandi Lodaya banyak hal yang didapat bukan sekedar dapat uang tapi juga pengalaman yang luar biasa, salah satunya penampilan saat di event Tenggarong Internasional Folk Art Festival (Tifaf) di Kabupaten Kutai Kertanegara, Kalimantan Timur,” katanya.
Kegiatan Tifaf ini dikatakannya diikuti oleh 10 negara yang tergabung dalam Council of International Organizations Folklore Festival and Folk Art (Cioff).
“Jadi penyambutannya luar biasa dan juga Tarian Bedog Lubuk sangat diapresiasi di sana,” ucapnya.
Mengapa Memilih Tari Jaipong?
Hana dan 6 penari lainnya mengaku memilih tari Jaipong karena tertarik dengan gerakannya.
“Kalau misi pelestariannya memang itu tujuan dari kami bertujuh, tapi selain itu memang tari Jaipong ini banyak gerakan dan maknanya yang tidak sekedar hanya gerak biasa,” terangnya.
Selain itu, ia juga tidak menampik seni Jaipong dipandang lain oleh sebagian masyarakat.
“Tapi memang kadang dikenal kuno juga erotis, tapi itu tergantung sudut pandangnya, yang berpikir erotis, mungkin otaknya yah kotor!” Katanya sembari sedikit tertawa.
Di antara gempuran tarian modern, ketujuh Srikandi Lodaya mengakui tetap bertahan dan semangat untuk terus menari.
“Memang banyak sekarang dance modern yang digemari teman-teman tapi bagi kami harus terus semangat melestarikan tari tradisi agar tidak kehilangan identitas, dan kami juga terkadang mengajak para dancer untuk belajar juga seni tradisi,” bebernya.
Sementara itu, orang tua Hana, Elang Wahyu (56) sangat mendukung Srikandi Lodaya dalam pengembangan seni tari tradisi.
“Saya dan orang tua para penari sangat mendukung Srikandi ini, karena itu jalan yang mereka pilih, dan kami sebagai orang tua hanya bisa mengarahkan mereka dan beruntung hingga saat ini para penari semakin berkembang hingga bisa tampil di berbagai daerah,” kata pria yang pernah bekerja di salah satu perusahaan rokok di Karawang.
Hana dikatakannya anak bungsu dari tiga bersaudara. Kegemaran Hana menari diakui orang tuanya sejak Sekolah Dasar (SD).
“Sudah sejak SD dan terus diarahkan hingga saat ini bisa melatih di Sukaluyu,” ucapnya.
Elang menambahkan pihaknya tidak memaksakan kehendak anaknya untuk berkembang.
“Kalau saya itu tidak memaksa Hana memilih menjadi penari tradisi dan sekarang kuliah juga seni tari,” sahutnya.
Namun, ia berharap pemerintah mampu memfasilitasi pengembangan seni tari tradisi.
“Semoga pemerintah bisa memfasilitasi para seniman, penari tradisi untuk berkembang dengan membuat kegiatan megah para seniman lokal juga bisa menghadirkan sekolah-sekolah seni di Karawang,” pungkasnya.
Editor : Faizol Yuhri
Artikel Terkait