JAKARTA - iNewsKarawang. id
Perang Israel-Hamas di Gaza, Palestina semakin memanas. Bahkan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu melontarkan sesumbar ancaman.
“Jika Hizbullah memutuskan untuk ikut berperang, mereka akan merindukan Perang Lebanon Kedua,” lanjut Netanyahu
mengacu pada konflik tahun 2006 ketika Israel menginvasi Lebanon selatan dan menggempur Beirut dengan serangan udara sebagai respons atas serangan Hizbullah ke Israel.
Seperti pada perang 2006 yang berlangsung selama sebulan, sekitar 165 warga Israel dan lebih dari 1.000 warga Lebanon tewas. "Mereka akan membuat kesalahan dalam hidupnya,” tandas Netanyahu, seperti dikutip dari Al Arabiya, Senin (23/10/2023).
“Kami akan menyerangnya dengan kekuatan yang tak terbayangkan dan dampaknya terhadap negara Lebanon akan sangat menghancurkan," imbuh dia.
Diketahui pasukan Israel dan Hizbullah terlibat baku tembak roket dan artileri sejak konflik dengan Hamas pecah dua minggu lalu.
Meskipun kelompok paramiliter Lebanon itu telah mengirimkan drone dan sejumlah penyusup melintasi perbatasan, tidak ada serangan besar-besaran yang terjadi, dan Israel sejauh ini menghindari pembukaan front kedua di utara.
Namun kelompok milisi Lebanon yang didukung Iran itu telah meningkatkan serangannya dalam beberapa hari terakhir, menembakkan puluhan roket ke pangkalan militer Israel dan membunuh seorang tentara Israel dalam serangan rudal pada hari Jumat.
Pasukan Israel membalasnya dengan tembakan artileri dan serangan pesawat tak berawak.
Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant menyatakan pada hari Sabtu bahwa Hizbullah telah memutuskan untuk berpartisipasi dalam pertempuran dan akan membayar harga yang mahal untuk melakukan hal tersebut.
Namun di balik layar, AS memperingatkan Israel agar tidak terlibat dalam perang di dua front, sebagaimana dilaporkan New York Times.
Menurut sumber surat kabar tersebut, para pejabat Amerika memandang Gallant sebagai tokoh garis keras, yang tindakannya berisiko menyeret Israel ke dalam perang yang sulit dimenangkan.
Lebih jauh lagi, kata sumber tersebut, ketika AS mendukung Israel dan Iran mendukung Hizbullah, perang semacam itu dapat dengan mudah berubah menjadi konflik yang lebih luas dan lebih merusak.
"Hizbullah saat ini berada di jantung pertempuran antara Israel dan Hamas," kata wakil pemimpin Hizbullah, Naim Qassem, pada hari Minggu.
Qassem menjelaskan bahwa tujuan Hizbullah saat ini adalah untuk melemahkan Israel. "Kami memberi tahu mereka bahwa kami siap menghadapi kemungkinan eskalasi besar," katanya.
Puluhan ribu warga Israel telah dievakuasi dari permukiman dekat perbatasan Lebanon. Warga dari 14 komunitas telah diperintahkan meninggalkan tempat tinggal sementara sejak Sabtu pagi, sementara 28 permukiman lainnya dikosongkan pekan lalu.
Editor : Boby