JAKARTA, iNewsKarawang.id - Warga masyarakat Iran digegerkan bayi laki-laki yang baru lahir tanpa penis.
Menurut dunia medis, diperkirakan hanya terjadi pada satu dari 30 juta kelahiran dan kurang dari 100 kasus yang didokumentasikan dalam literatur medis. Sebab bayi lahir tanpa penis disebut kondisi sangat langka.
Akibat dari kondisi tanpa penis, bayi laki-laki ini terpaksa buang air kecil melalui anusnya, dilansir dariDailymail, Rabu (19/10/2022).
Namun secara medis kondisi bayi disebut dengan Aphalia atau interseks, yakni ketika alat kelamin tidak berkembang secara normal di dalam rahim selama bulan-bulan pertama masa kehamilan.
Bocah laki-laki itu berusia 14 bulan saat kasusnya dipublikasikan di sebuah jurnal Radiology Case Reports diketahui masih memiliki skrotum yang utuh dan dua buah zakar.
Petugas medis yang melaporkan kasus tersebut mengatakan, anak laki-laki itu lahir secara normal dalam 'keadaan umum yang baik'. Terlebih, sang ibu melaporkan tidak ada masalah berarti yang terjadi selama kehamilannya.
Meskipun skrotumnya utuh, para ahli bedah berencana untuk membuatkan vagina sebagai gantinya. Dari tes khusus yang dilakukan beberapa bulan setelah sang bayi lahir, memungkinkan dokter untuk mengetahui bagaimana sistem kemihnya yang unik bekerja.
Sistem kemih bayi aki-laki itu diberi enema rektal dengan pewarna khusus yang akan disorot dengan pemindaian. Ini menunjukkan bagaimana hubungan antara kandung kemih dan rektumnya
Anak laki-laki yang lahir tanpa penis biasanya dibuat oleh ahli bedah dalam prosedur yang dikenal sebagai phalloplasty. Bayi dengan kondisi ini biasanya diberikan uretra, dengan dokter menghubungkan sistem kemihnya bersama-sama lagi.
Namun dalam kasus ini, petugas medis mengatakan usulan yang cukup kontroversial, perawatan yang direkomendasikan adalah penggantian kelamin dan operasi feminisasi untuk membuat vagina semu.
Mereka juga merekomendasikan kepada keluarga pasien agar sang bayi menjalani terapi estrogen selama masa pubertas, dengan tujuan untuk menekan perubahan dalam tubuhnya seperti perkembangan rambut wajah dan pendalaman suara agar sesuai dengan jenis kelamin barunya.
Namun, petugas medis di Universitas Ilmu Kedokteran Zahedan tidak menyatakan detail apakah bayi itu akan menjalani operasi feminisasi atau tidak
Editor : Boby