KARAWANG, iNEWSKarawang.id — Di balik isu tentang mahalnya biaya pendidikan, ada sebuah sekolah kecil di Karawang yang sejak enam tahun terakhir berdiri sebagai rumah harapan bagi anak-anak dari keluarga tidak mampu, anak yatim dan piatu, serta siswa dari panti asuhan.
SMP Tunas Utama Karawang, sekolah swasta sederhana yang memilih jalur perjuangan berbeda dengan menggratiskan seluruh biaya pendidikan tanpa syarat.
Berdiri sejak 1990, SMP Tunas Utama Karawang kini menjadi rumah bagi anak-anak yatim, piatu, siswa dari panti asuhan, hingga mereka yang orang tuanya tak mampu membiayai sekolah.
Setiap hari, di balik dinding yang mulai rapuh dan ruang kelas yang jauh dari kata ideal, tersimpan cita-cita besar untuk memastikan tidak ada anak yang berhenti sekolah hanya karena masalah biaya.
Kepala SMP Tunas Utama Karawang, Yudi Wahyudi tak menutupi kondisi fisik sekolah yang jauh dari kata ideal. Namun, di balik bangunan yang jauh dari megah, sekolah ini menyimpan nilai kemanusiaan yang begitu besar.
"Masih jelek (bangunan sekolah)," ucapnya Yudi, Rabu (26/11/2025).
Yudi menjelaskan, pihaknya menggratiskan sekolah hanya untuk satu prinsip yakni tidak ada anak yang putus sekolah karena biaya. Meski fasilitas terbatas dan jumlah siswa kerap naik turun karena stigma “lebih baik sekolah negeri”
"Jangan sampai anak tidak bersekolah karena masalah biaya," tuturnya.
Hampir seluruh biaya operasional ditopang dari dana Biaya Operasional Sekolah (BOS) reguler, tak ada SPP, tak ada uang bangunan, tak ada pungutan uang buku.
Yudi mengatakan, para guru bekerja dengan jauh lebih banyak pekerjaan, namun memiliki imbalan yang jauh lebih sedikit. Mereka bertahan hanya karena satu hal, yaitu panggilan jiwa.
"Lebih tentang pengabdian dan nilai sosial yang lebih tinggi,” ujarnya.
Bagi Yudi, SMP Tunas Utama Karawang bukan hanya sekadar sekolah. Ini adalah tempat bagi anak-anak yang tersisih, yang sering dianggap tak punya pilihan lain, untuk mendapatkan kesempatan kedua dalam hidup mereka.
Ia berharap dukungan dari masyarakat, pemerintah, dan para dermawan dapat terus mengalir. Bukan demi kemegahan bangunan, melainkan agar lebih banyak anak bisa tetap duduk di bangku sekolah.
"Selama masih ada anak yang ingin belajar, kami akan terus berdiri,” tutup Yudi.
Editor : Frizky Wibisono
Artikel Terkait
