Didikan itulah yang membuatnya tumbuh hati-hati dalam mengelola amanah jabatan maupun anggaran.
"Sampai sekarang saya paling takut menyalahgunakan anggaran. Itu sudah jadi prinsip hidup,"tegasnya.
Dididik Semi-Militer, Ditempa Reformasi
Selepas SMA Negeri 2 Bandung, Poltak diterima di STPDN angkatan 1995. Suasana kampus yang kental dengan disiplin semi militer tidak membuatnya gentar. Dengan tubuh yang terbiasa olahraga basket dan sepak bola, ia mampu bertahan di tengah kerasnya pendidikan itu.
Tahun 1998 menjadi titik yang tak terlupakan. Saat krisis moneter mengguncang negeri, Poltak yang tengah praktik lapangan di Tangerang ikut menyaksikan langsung kerusuhan Mei 1998.
Gas air mata, kerusuhan massa, dan ketegangan sosial menjadi pengalaman nyata yang membentuk pandangannya sebagai calon birokrat muda. Ia menyadari bahwa jabatan hanyalah alat untuk memahami denyut rakyat.
Dari Wajah Lama ke Panggung Depan
Karier Poltak berputar di berbagai dinas, lebih banyak di balik layar. Ia menjadi sekretaris di Dinas Koperasi, Dinas Lingkungan Hidup, hingga Dinas Perhubungan. Namanya jarang muncul di permukaan, tapi kiprahnya senantiasa berjalan.
Kini, roda birokrasi membawanya kembali ke garis depan. Sebagai Kepala Diskominfo Karawang, ia menghadapi tantangan berat, di era derasnya arus digitalisasi, rendahnya literasi informasi publik, dan kebutuhan percepatan teknologi menjadi ujian bagi Poltak mengelola arus informasi.
Editor : Frizky Wibisono
Artikel Terkait