KARAWANG, iNewskarawang.id - Pemerintah Kabupaten Karawang mengambil tindakan tegas untuk mengatasi serbuan hama tikus di Desa Kutamakmur, di mana diperkirakan terdapat lebih dari 12.000 tikus.
Langkah ini diambil setelah viralnya video yang menunjukkan kawanan tikus berkeliaran di pemukiman warga.
Kepala Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan (BBPOPT), Yuris Tiyanto, menjelaskan bahwa mereka bekerja sama dengan Dinas Pertanian Karawang dalam dua pendekatan utama untuk menurunkan populasi tikus. Pertama, mengadakan bimbingan teknis untuk memberikan pengetahuan kepada petani tentang cara pengendalian tikus yang efektif. Kedua, dilakukan pengendalian bersama petani secara serentak.
Lanjutnya, Bimbingan teknis ini dihadiri oleh berbagai pihak, termasuk Direktur Perlindungan Pangan Kementan dan penyuluh pertanian.
"Materi yang disampaikan mencakup kemampuan berkembang biak tikus, potensi kerugian hasil pertanian, dan teknologi pengendalian," ungkap Yuris.
Dijelaskannya, Dalam pengendalian hama, dua metode utama diterapkan. Metode pertama adalah pengemposan menggunakan 30 kilogram belerang dan semawar dari petani.
"Metode kedua adalah gropyokan, di mana lubang aktif diempas dengan belerang, kemudian ditutup, dan tikus yang keluar akan ditangkap dengan alat pukul. Hasilnya sangat signifikan,pada hari pertama, sebanyak 1.080 tikus berhasil ditangkap," terangnya.
Yuris melanjutkan, pengamatan dilakukan di area persawahan seluas 210 hektar, di mana ditemukan 6.485 lubang aktif tikus. Dengan rata-rata dua ekor per lubang, diperkirakan jumlah populasi tikus di area tersebut mencapai 12.971 ekor.
Penyebab migrasi tikus ke pemukiman, menurut Yuris, disebabkan oleh berbagai faktor. "pengendalian yang kurang intensif, kelangkaan makanan setelah panen, dan gangguan habitat akibat hujan deras yang merendam lubang-lubang tikus. Itu semua menjadi faktor migrasi tikus ke pemukiman," katanya.
Sementara itu ditempat terpisah, Direktur Perlindungan Tanaman Pangan Kementan, Rachmat, menambahkan bahwa tim gabungan telah memeriksa lokasi dan menemukan bahwa sumber tikus berasal dari semak belukar, jalur irigasi, dan kebun.
Tambahnya, Hujan yang deras pada malam 25 Oktober 2024 menjadi faktor pemicu tikus keluar dari habitatnya menuju pemukiman.
"Sebagai langkah proaktif, sekitar 45 warga Desa Kutamakmur turut melakukan kalagumarang, sebuah tradisi untuk membasmi hama," tuturnya
Kemudian, Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP) Karawang, Rohman, menekankan pentingnya pengendalian hama secara rutin untuk menjaga hasil pertanian dan keamanan lingkungan.
"Dengan upaya bersama ini, diharapkan populasi tikus dapat ditekan, dan masyarakat Desa Kutamakmur dapat kembali merasa aman di lingkungan mereka," tandasnya.
Editor : Frizky Wibisono
Artikel Terkait