JAKARTA, iNewsKarawang.id-Pernyataan mengejutkan baru baru ini datang dari Senator terkemuka Amerika Serikat (AS) Lindsey Graham.
Ia mendesak Israel mengebom Gaza seperti Amerika menjatuhkan bom nuklir di Hiroshima dan Nagasaki saat Perang Dunia II.
Seruan berbahaya Senator Partai Republik ini sama halnya dengan menyerukan Israel mengebom Gaza dengan senjata nuklir.
Menurutnya, Israel harus melakukan apa pun yang perlu dilakukan untuk memenangkan perang eksistensial dengan Hamas.
Itu, kata Graham, sama seperti Amerika Serikat yang “dibenarkan” untuk mengabaikan korban sipil ketika Washington menjatuhkan bom nuklir di dua kota Jepang.
Militer Israel menghadapi peningkatan pengawasan internasional ketika operasi militernya di Gaza memasuki bulan kedelapan, yang merenggut nyawa lebih dari 34.000 warga Palestina.
Namun, Graham berpendapat dalam sebuah wawancara dengan NBC News pada hari Minggu (12/5/2024) bahwa Hamas harus disalahkan atas sebagian besar korban sipil, dan mendesak Israel untuk terus melakukan apa pun yang harus dilakukan untuk bertahan hidup sebagai negara Yahudi.
“Ketika kami dihadapkan pada kehancuran sebagai sebuah bangsa setelah Pearl Harbor, melawan Jerman dan Jepang, kami memutuskan untuk mengakhiri perang dengan mengebom Hiroshima, Nagasaki, dengan senjata nuklir,” kata Graham.
Gedung Putih baru-baru ini menghentikan pasokan beberapa bom dengan muatan lebih besar yang dapat digunakan Israel dalam serangan barunya di kota Rafah di Gaza selatan, sehingga membuat marah para pendukung setia Tel Aviv.
“Beri Israel bom yang mereka butuhkan untuk mengakhiri perang yang mereka tidak mampu kehilangannya, dan bekerja sama dengan mereka untuk meminimalkan korban jiwa,” kata Graham.
Senator tersebut membuat pernyataan serupa dalam sidang subkomite awal pekan ini, menyebut perang Israel dengan Hamas seperti “Hiroshima dan Nagasaki menggunakan steroid.”
Washington telah mengakui kekhawatirannya yang “masuk akal” bahwa Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mungkin telah melanggar hukum kemanusiaan internasional saat menggunakan senjata Amerika, namun laporan baru Departemen Luar Negeri AS gagal menunjukkan dengan tepat adanya pelanggaran spesifik.
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengakui pada hari Minggu bahwa Israel telah gagal menunjukkan rencana yang kredibel untuk menyelamatkan warga sipil Palestina dari bahaya.
Presiden Joe Biden bersumpah untuk tidak mendukung operasi militer besar Israel di Rafah dengan senjata AS, namun mengindikasikan bahwa invasi terbatas Zionis belum melewati garis merah Washington.
Pada hari Jumat, kabinet perang Israel menyetujui “perluasan terukur” operasi darat di Rafah, dan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu berjanji untuk melanjutkan kampanye militer dan “bertarung dengan sekuat tenaga” bahkan tanpa senjata AS.
Editor : Boby
Artikel Terkait