JAKARTA, iNewsKarawang.id- Setelah mengikuti Sholat Maghrib berjamaah,Abu Nawas bersama beberapa orang temannya sedang duduk bercerita tentang kehidupan keagamaan.
Ketika mereka bercerita, kebetulan menyinggung suatu masalah yang mengatakan bahwa orang buta atau tunanetra itu tidak berdosa karena pintu masuknya dosa tertutup baginya.
Menurut alasannya karena matalah yang selalu melihat ke sana kemari yang dapat mendatangkan dosa. Akan tetapi, Abu Nawas tidak menyetujui pendapat tersebut dan berniat akan membuktikannya.
Kemudian keesokan harinya Abu Nawas berjalan-jalan dengan maksud untuk bertemu dengan orang buta. Dia ingin membuktikan pendapatnya bahwa orang buta pun dapat pula berbuat dosa.
Abu Nawas juga menyiapkan pundi-pundi dan mengisinya dengan uang ringgit. Tidak beberapa lama berjalan, ia benar-benar menemukan seorang tunanetra.
Abu Nawas memerhatikan gerak-gerik orang buta itu yang sedang berjalan dengan tongkatnya. Kemudian dia berpura-pura-pura menjadi orang buta sambil membawa tongkat dan sengaja menabrak orang buta itu.
"Aduh, sungguh malang nasibku sebagai orang buta ditabrak oleh orang yang tidak memiliki rasa belas kasihan," ujar Abu Nawas seperti dikutip dari kanal YouTube Tabassam Channel.
Orang buta itu heran mendengar keluhan orang yang ditabraknya. "Maaf, saya juga orang buta. Saya tidak dapat melihat dan hanya dapat berjalan dengan bantuan tongkat ini. Sekali lagi mohon maaf karena sungguh-sungguh saya tidak sengaja," ucap orang buta tersebut.
"Oh, engkau juga buta ya?" tanya Abu Nawas pura-pura tidak tahu.
"Iya, saya buta. Peganglah tongkatku ini. Orang buta pasti akan memakai tongkat untuk berjalan," jawab tunanetra tersebut.
Abu Nawas pun memegang tongkatnya. Begitu pula sebaliknya si buta juga meraba tongkat Abu Nawas untuk membuktikan bahwa mereka adalah sama orang buta.
"Kalau begitu, kita senasib. Saudara, bagaimana kalau kita mencari rezeki bersama-sama?" ajak Abu Nawas.
Orang buta itu pun menyetujui ajakan Abu Nawas. Mereka berjalan bersama-sama sebagai sesama orang buta.
Di tengah perjalanan, Abu Nawas berpura-pura mau pipis dan meminta tolong si buta agar pundi-pundinya yang penuh berisi uang dipegangkan dahulu dengan baik-baik.
Sementara Abu Nawas pura-pura pipis, ia terus memerhatikan tingkah laku si buta. Kemudian si buta meraba-raba pundi-pundi itu dan hatinya mulai tergoda untuk memiliki isinya.
"Wah pundi-pundi banyak sekali isinya. Lebih baik aku mengambilnya lalu pergi. Pasti ia tidak bisa mencariku karena ia juga buta," pikir si buta tersenyum.
Lalu ia meninggalkan Abu Nawas dan mencari tempat persembunyian agar tidak ditemukan. Dalam situasi demikian, Abu Nawas berpura-pura mencari si buta dan meminta pertolongan kepada Allah Subhanahu wa ta'ala.
"Ya Allah, malang benar nasib hamba. Tadi ditabrak orang, sekarang uang hamba dilarikan orang. Sial benar hamba. Ya Allah, semoga orang yang mengambil uang hamba terkena lemparan batu ini tepat pada tulang keringnya. Biar tahu rasa dia," ujar Abu Nawas.
Setelah itu dengan jitu Abu Nawas melempari si buta dan persis kena tulang keringnya. "Aduh, aku kena," gumam si buta meringis kesakitan.
Hal ini membuat si buta kelabakan. Ia segera beranjak mencari lagi tempat persembunyian untuk menghindari Abu Nawas. Akan tetapi, Abu Nawas yang pura-pura buta mengikuti si buta ke mana pun pergi.
Setelah dekat, Abu Nawas memohon lagi kepada Allah Subhanahu wa ta'ala. "Ya Allah, semoga orang yang mengambil pundi-pundiku terkena lagi lemparan batu pada kepalanya," ujar Abu Nawas.
Tidak lama kemudian terdengar lagi suara kesakitan dari si buta. "Aduh kena lagi. Kepalaku jadi benjol," ucap si buta memegangi kepalanya yang benjol.
Si buta pun panik dan heran. "Kok doanya terkabul lagi. Ah, itu hanya kebetulan."
Kemudian dia menghindar lagi dan terus menghindar, tetapi Abu Nawas tetap mengikutinya terus secara berturut-turut. Abu Nawas berdoa lagi sambil melakukan lemparan beruntun kepada si buta dan selalu tepat yaitu tepat mengenai perut, dada, dan terakhir muka.
"Mengapa semua sasaran yang akan dilempar selalu tepat mengenaiku?" pikirnya lagi sampai berkerut keningnya.
Si buta makin heran. Dia curiga. Tidak lama kemudian barulah si buta menyadari bahwa temannya itu Abu Nawas mempermainkannya.
"Kalau begitu saudara tidak buta. Saudara hanya mempermainkanku. Ambillah kembali pundi-pundimu ini," ujar si buta tersebut.
Akhirnya si buta menyerahkan pundi-pundi itu kepada Abu Nawas dengan penuh kesedihan dan penyesalan terhadap nasibnya.
Abu Nawas sendiri pulang sambil tersenyum kegelian. Ia puas karena dapat membuktikan bahwa orang buta dapat juga bisa berbuat dosa. Allahu a'lam.
Editor : Boby
Artikel Terkait