JAKARTA, iNewskarawang.id - Pernah bertemu dengan orang yang selalu membanggakan diri sendiri dan terkesan sombong serta pamer?
Atau bertemu dengan orang yang jika diajak berbincang selalu menceritakan kehebatan dan kelebihan dirinya? Perlu kita ketahui jika hal-hal tersebut merupakan salah satu gejala narsistik.
Seperti yang diungkapkan Kepala Instalasi Rehabilitasi Psikososial Pusat Kesehatan Jiwa Nasional RS Jiwa dr. H Marzoeki Mahdi Bogor, dr. Lahargo Kembaren, SpKJ itu merupakan tanda dan gejala dari gangguan jiwa yang dikenal dengan Gangguan Kepribadian Narsistik atau NPD (Narcissistic Personality Disorder).
"Gangguan Kepribadian (personality disorder) adalah gangguan jiwa yang ditandai dengan adanya pikiran, sikap, dan perilaku tidak serasi dalam hal kesadaran, pengendalian impuls, persepsi, cara berpikir, dan hubungan dengan orang lain dalam jangka waktu yang lama, menetap dan menyebabkan penderitaan serta mengganggu pekerjaan dan aktivitas sosial sehari hari," ungkapnya, Sabtu,(29/4/2023)
Lebih lanjut, dirinya juga menjelaskan bahwa tanda dan gejala gangguan kepribadian narsistik pada umumnya merasa sangat penting, Berpreokupasi dengan fantasi tentang sukses, kekuasaan, kehebatan, kecantikan atau kekasih ideal.
"Orang lagi cerita tentang dirinya, ehh tiba tiba dia nyeletuk : "Aku juga....", "Aku..." dan "Aku...", semua tentang dirinya," katanya
Dikatakannya juga bahwa orang yang mengalami gangguan kepribadian narsistik kerap kali membutuhkan pemujaan berlebihan dari orang sekitarnya.
"Merasa dirinya mampunyai hak istimewa. Misalnya menuntut agar ia mendapat perlakuan khusus, atau orang lain harus menurut kehendaknya," terangnya
Dr. Lahargo juga membeberkan jika gangguan kepribadian narsistik dapat disembuhkan dengan terapi Psikofaramaka dan Psikoterapi (talk therapy).
Sambungnya, Terapi tersebut diberikan jika pasien datang dengan keluhan tertentu dengan target pengobatan menghilangkan gejala yang dialami pasien, misalnya depresi, ansietas dan mood swing.
"Orang yang mengalami Gangguan Kepribadian Narsistik sering kali tidak menyadari bahwa dia butuh bantuan sehingga penting sekali orang sekitar untuk mendampingi, mengingatkan dan mengajaknya berkonsultasi ke profesional kesehatan jiwa. Hindari sikap menghakimi dan konfrontasi, tetap kedepankan komunikasi yang positif dan suportif serta empati," tandasnya
Editor : Frizky Wibisono
Artikel Terkait