Niat Qadha Puasa Ramadhan

Kastolani Marzuki
Niat Puasa Bayar Hutang Ramadhan penting diketahui bagi muslim yang masih punya tanggungan puasa. (Foto: Freepik)

JAKARTA, iNewsKarawang.id - Apa bacaan niat puasa bayar hutang Ramadhan yang benar? Puasa Ramadhan merupakan kewajiban tiap muslim. Namun, tidak sedikit yang berhalangan karena udzur syar'i seperti haidh, nifas, sakit maupun sedang bepergian. 

Kendati demikian, mereka tetap dikenakan kewajiban membayar hutang puasa sesuai jumlah hari yang ditinggalkan. 

Dalil tentang qadha puasa Ramadhan ini berdasarkan firman Allah SWT dalam Surat Al Baqarah ayat 183:

فَمَنْ كَانَ مِنْكُمْ مَرِيضًا أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ وَعَلَى الَّذِينَ يُطِيقُونَهُ فِدْيَةٌ طَعَامُ مِسْكِينٍ فَمَنْ تَطَوَّعَ خَيْرًا فَهُوَ خَيْرٌ لَهُ وَأَنْتَصُومُوا خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ

Artinya; “Maka Barangsiapa diantara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), Maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu): memberi Makan seorang miskin. Barangsiapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, Maka Itulah yang lebih baik baginya. dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui” (Qs. Al-Baqarah: 184)

Dalam ayat tersebut disebutkan bahwa seorang muslim diperbolehkan untuk tidak berpuasa dalam keadaan tertentu dan wajib menggantinya atau membayar hutang puasanya dengan jumlah hari yang ditinggalkan. 

Niat Puasa Bayar Hutang Ramadhan

Banyak orang yang punya utang Puasa Ramadhan berniat menggantinya pada hari-hari tertentu seperti berbarengan dengan Puasa Senin-Kamis atau Puasa Syawal dengan tujuan agar mendapat pahala puasa wajib dan sunah sekaligus.

Sayyid Bakri dalam Kitab I‘anatut Thalibin menerangkan orang yang berpuasa pada hari-hari tertentu yang sangat dianjurkan untuk dipuasakan akan mendapatkan keutamaan sebagai mereka yang berpuasa sunnah pada hari tersebut, meskipun niatnya adalah qadha puasa atau puasa nazar.

Berikut bacaan Niat Puasa Bayar Hutang Ramadhan, Arab, Latin, Arti:

نويت صوم غد عن قضاء فرض رمضان لله تعالى.

Latin: Nawaitu Shauma Ghadin 'An Qadha'I Fardi Ramadhana Lillaahi Ta'Ala.

Artinya : Saya niat berpuasa besok dari mengqadha' fardu ramadhan Lillaahi Ta'ala

Niat Puasa Bayar Hutang Ramadhan tidak boleh dicampur dengan niat puasa sunnah. Sebab, qadha puasa itu wajib. Niat harus dilakukan pada malam harinya atau saat makan sahur. 

Syarat ini mendasarkan pada Hadits Rasulullah SAW.

 “من لم يبيت النية قبل الفجر فلا صيام له”- 

"Siapa yang tidak menetapkan niat sebelum fajar, maka tiada puasa baginya". 

Waktu Bayar Hutang Puasa Ramadhan

Para ulama sepakat secara Ijma’ bahwa orang yang diwajibkan mengqadha’ puasanya harus melakukannya setelah bulan Ramadhan hingga sebelum menjelang Ramadhan selanjutnya. Serta diharamkan melakukan qadha puasa di hari-hari yang diharamkan.

Puasa bayar hutang Ramadhan sebaiknya dilakukan sesegera mungkin, namun jika belum sempat menunaikan qadha’ puasa, maka bulan Sya’ban merupakan batas akhir untuk membayar hutang puasa tersebut.

Hal ini sebagaimana hadits dari Abu Salamah, ia mendengar ‘Aisyah Ra. Yang mengatakan:

كَانَ يَكُونُ عَلَىَّ الصَّوْمُ مِنْ رَمَضَانَ ، فَمَا أَسْتَطِيعُ أَنْ أَقْضِىَ إِلاَّ فِى شَعْبَانَ . قَالَ يَحْيَى الشُّغْلُ مِنَ النَّبِىِّ أَو بِالنَّبِىِّ صلى اللهعليه وسلم

Artinya: “Aku dahulu punya kewajiban puasa. Aku tidaklah bisa membayar utang puasa tersebut kecuali pada bulan Sya’ban.” (HR. Bukhari, no. 1950; Muslim, no. 1146).

Waktu mengganti puasa Ramadhan juga boleh dilakukan tidak berurutan sebagaimana disebutkan dalam hadits berikut.

Rasulullah SAW bersabda:

وَلاَ يَجِبُ التتابعُ في قَضَاءٍ رَمَضَانَ لِمَا رُوِى انّ النبيَّ صلي الله عليْه وسلّم ” سُئِلَ عن قضاءِ رمضانَ فقال اِنْ شَاءَ فرقهُ وإنشَاءَ تَابِعَهُ “.

“Tidak wajib berurutan dalam men-qadha puasa Ramadan berdasarkan hadis yang diriwayatkan, “bahwa Rasulullah shalllahu ‘alaihi wassalam ditanyai tentang qadha puasa Ramadan, maka Rasulullah menjawab, “jika ia berkehendak, maka ia boleh melakukannya terpisah. Dan jika ia berkehendak, maka ia boleh melakukannya secara berurutan.”

Wallahu A'lam

Editor : Boby

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network