Teater Merah Putih SMAN 3 Karawang Garap Drama Musikal di MPLS

Faizol Yuhri
Ekstrakulikuler Teater Merah Putih SMAN 3 Karawang. (Foto: ist)

KARAWANG, iNews.id - Bagi sebagian besar remaja milenial Karawang, tentu sangat asing dengan nama Abah Suwanda (Alm). Mereka bisa jadi lebih mengenal Chanyeol seorang penyanyi asal negeri ginseng Korea Selatan. Atau menjadi pengagum berat Wibu yang sangat terobsesi dengan segala pernak pernik berbau Jepang. 

Melalui sebuah pementasan drama musikal bertajuk #YukLestarikanIndonesia yang dibawakan oleh ekstrakulikuler (ekskul) Teater Merah Putih SMAN 3 Karawang, mendiang Abah Suwanda diperkenalkan kepada para siswa peserta Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS), Kamis (21/7/2022) siang.

"Jadi anak anak. Abah Suwanda adalah salah satu tokoh seniman lokal Karawang yang dijuluki sebagai Maestro Kendang," kata Ocha dalam sepenggal dialog yang ia bawakan saat berperan sebagai guru seni dan budaya pada pementasan tersebut.

Ocha kemudian melanjutkan dialog dengan pesan khusus yang ingin ia sampaikan kepada siswa siswinya. Ia menyebut remaja milenial era sekarang jangan sampai tidak mengenal seni dan budaya daerahnya.

"Boleh kalian mengagumi budaya asing. Mempelajarinya. Namun jangan sampai meninggalkan jatidiri bahwa kita juga punya kearifan lokal yang harus dikenal, dicintai dan dilestarikan. Kalau bukan kita mau siapa lagi?" ujarnya.

Pelatih sekaligus sutradara Drama Musikal Teater Merah Putih, Panji Mayza Perdana, S.Pd mengaku sengaja membuat konsep pentas drama musikal yang mengangkat tokoh lokal Karawang. Menurutnya, mendiang Abah Suwanda layak dijadikan insipirasi remaja karena semangatnya dalam memperjuangkan seni budaya sunda, khususnya Karawang.

"Anak anak remaja kita harus bisa meneladani semangat berkesenian Abah Suwanda. Almarhum sangat berjasa atas kiprahnya untuk kesenian banjet. Inilah yang seharusnya bisa menjadi kebanggaan kita semua," ucap Panji.

Panji mengungkapkan, drama musikal tersebut menceritakan tentang kondisi siswa disebuah sekolah yang krisis idola. Mereka kebanyakan lebih memuja tokoh dan artis luar negeri. Kondisi itu sangat wajar terjadi karena akibat perkembangan teknologi dan informasi saat ini. Sementara itu, beberapa kali seni asli Indonesia diklaim oleh negara tetangga.

"Kalau sudah ada yang ngaku ngaku, baru deh kita bergerak. Tidak perlu nunggu harus dicuri dulu baru kita seolah olah cinta Indonesia. Silakan mencintai budaya luar, asal tidak ditelan mentah-mentah. Yang baik ambil yang buruk buang. Kita tetap harus merawat dan melestarikan budaya kita sendiri. Bukankah ketika banyak perbedaan itu hidup menjadi lebih beragam? Dan perbedaan ketika disatukan justru akan memberikan warna yang indah," pungkasnya demokratis.

Editor : Faizol Yuhri

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network