Presiden Jokowi : Elon Musk Kirim Utusan ke Indonesia, Untuk Periksa Potensi Nikel

Diana Purnamasari , Okezone
Pertemuan Presiden Jokowi dengan Elon Musk. (Foto: okezone.com/Setkab)

Elon Musk telah mengirim tim ke Indonesia. Tim tersebut dikirim tepatnya pada enam minggu lalu.

Kedatangan Tim Elon Musk bukan tanpa sebab. Mereka datang ke Indonesia memastikan terkait potensi investasi di Indonesia.

"Untuk memeriksa potensi nikel, untuk memeriksa aspek lingkungan, tetapi tim terkait mobil belum datang," ujar Presiden Jokowi dikutip dari CNBC.com, Senin (20/6/2022).

Tim tersebut, kata Jokowi, bisa mengunjungi dalam waktu dekat untuk mengevaluasi potensi yang ada.

Sekadar diketahui, Presiden Jokowi telah menawarkan sejumlah investasi kepada Elon Musk pada pertemuan yang dilakukan di markas roket milik Elon Musk, SpaceX di Boca Chica, Amerika Serikat, Sabtu (14/5/2022) lalu. 

Kala Itu, Jokowi mengatakan, Elon Musk sangat tertarik untuk segera datang ke Indonesia. Presiden juga mengundang Elon Musk untuk hadir dalam pertemuan KTT G-20, yang tahun ini diselenggarakan Indonesia di Bali.

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah bertemu orang terkaya di dunia Elon Musk. Jokowi pun langsung menyarankan CEO Tesla untuk segera berinvestasi di Indonesia.

“Kami melakukan banyak diskusi, terutama tentang bagaimana Tesla dapat membangun industrinya dari hulu ke hilir, end-to-end mulai dari smelter kemudian membangun industri katoda dan prekursor, membangun baterai EV, membangun baterai lithium dan kemudian pabrik kendaraan. Semuanya ada di Indonesia, karena itu sangat efisien. Itu yang saya tawarkan,” kata Presiden Jokowi.

Jokowi menegaskan, pemerintah tegas ingin membangun ekosistem industri untuk baterai lithium di dalam negeri. Pasalnya, Indonesia memiliki cadangan timah, tembaga, nikel, kobalt, dan bauksit yang melimpah. Beberapa di antaranya pun merupakan bahan utama untuk baterai kendaraan listrik.

Jokowi juga telah memutuskan untuk melarang ekspor komoditas utama, seperti nikel. Batu bara pada tahun 2021 dan minyak nabati pada bulan April. Langkah terakhir ditujukan untuk menstabilkan harga domestik.

"Tidak saya pikir itu bukan proteksionisme. Tapi kita ingin nilai tambah itu ada di Indonesia. Jika kita tetap mengekspor bahan mentah, yang mendapat nilai tambah adalah negara lain,” ujarnya.

Editor : Boby

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network