Dusun Batok yang berlokasi Desa Bago, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah merupakan sebuah pedusunan yang lokasinya berada di atas bukit yang terpencil.
Untuk bisa memasuki Dusun Batok harus melewati jalan yang sempit dan penuh bebatuan. Apalagi jika hujan turun, kondisi jalan di sepanjang dusun akan menjadi licin sehingga harus berjalan ekstra hati-hati.
Menurut cerita warga asli Dusun Batok, jumlah rumah dan kepala keluarga sejak zaman nenek moyang hingga sekarang hanya sepuluh rumah dan KK saja. Dusun Batok memiliki fakta unik dibandingkan dusun lainnya.
Apabila dilihat dari jauh, bentuk dusun tersebut layaknya seperti dua buah batok kelapa yang tengkurap. Selain itu jumlah rumah serta kepala keluarga kabarnya tidak bisa bertambah dan berkurang sejak jaman nenek moyang dulu hingga sekarang yakni hanya sepuluh rumah dan kepala keluarga (KK).
Marjuki, salah satu warga yang sudah puluhan tahun tinggal di Dusun Batok tidak mengetahui pasti sejarah terkait keunikan yang terjadi di dusunnya.
“Saya hanya mendengar sedikit cerita dari orang tua bahwa dusun ini dinamakan Dusun Batok karena terlihat seperti dua batok kepala yang tengkurap jika dilihat dari kejauhan,” katanya.
“Jumlah kepala keluarga serta bangunan rumah yang ada di dalam dusun ini ibaratnya hanya isi batok kepala yang tengkurap itu saja tidak bisa bertambah atau berkurang,” kata Marjuki.
Jika terjadi penambahan jiwa seperti adanya perkawinan, maka warga yang baru saja menikah secara otomatis akan meninggalkan desa dan menetap di luar Desa Batok.
Namun jika ada warga yang atau salah satu keluarga yang meninggal maka pengantin tersebut tidak akan pergi dari dusun dan akan tinggal dalam satu rumah bersama keluarga barunya di dusun tersebut.
Slamet, salah satu pemuda Dusun Batok mengatakan bahwa dusun batok akan berkembang baik dan dimungkinkan bisa bertambah jika ada tokoh agama atau ulama yang menghidupkan dusunnya. Yakni dengan adanya aktivitas keagamaan, seperti adanya bangunan tempat ibadah baik masjid maupun musala.
“Menurut cerita yang saya dapat bahwa pada zaman dahulu, nenek moyang yang menempati dusun batok merupakan penganut kejawen hingga mulai terjadi perubahan dan kini banyak yang sudah menganut agama Islam,” kata Slamet.
“Jika hendak menunaikan ibadah salat, warga harus berjalan menuju dusun sebelah yang berjarak enam ratus meter dari rumah mereka,” ujarnya.
Warga pun baru bisa menikmati adanya listrik masuk ke pedusunan sejak setahun lalu. Dimana sebelumnya ia hanya mengandalkan lampu sentir sepanjang malam dan sebagian lagi mengandalkan listrik dari dusun terdekat yang jaraknya 600 meter.
Jaringan listrik yang mengalir harus melewati perbukitan dan jaraknya terlalu jauh dianggap sangat rawan dan berbahaya bagi warga yang melintas karena sewaktu-waktu kabel bisa terputus tanpa sepengetahuan warga.
“Namun saya merasa senang bisa menikmati penerangan listrik,” ujarnya. Ali Murtopo, Kepala Desa Bago.
Dia menjelaskan bahwa Desa Bago terdapat sepuluh dusun dan satu diantaranya memiliki keunikan yakni Dusun Batok. Dia berusaha mencari sumber dari sejarah ataupun mitis dari dusun batok yang warganya tidak bisa bertambah ataupun berkurang, namun hingga kini belum menemukannya.
“Banyak sesepuh Desa Batok yang sudah meninggal dunia sehingga sumber sejarah Dusun Batok menjadi terputus,” katanya.
Kades Bago juga menceritakan keunikan lainnya yang terjadi di Dusun Batok yakni jika ada tamu yang menginap di Dusun Batok harus ikut membantu memasak di dapur.
Jika tidak ikut membantu, maka nasi atau masakan yang di masak oleh tuan rumah tidak akan pernah masak selamanya. Bahkan jika ada acara hajatan pernikahan, salah satu keluarga dari besan harus tinggal di Dusun Batok untuk ikut membantu dalam proses memasak,” katanya.
Menurutnya, pernah terjadi hal aneh ketika ada hajatan pernikahan tidak ada satu pun keluarga besan yang berada di Dusun Batok, sehingga seluruh masakan tidak bisa masak meski sudah di selama seharian.
Sebagai informasi, mata pencaharian warga Dusun Batok dalam keseharian adalah sebagai petani, mencari rumput dan berternak kambing serta sapi. Kini warga berharap agar ada tempat ibadah dan akses jalan yang bagus, sehingga Dusun Bago bisa berkembang seperti dusun-dusun lainnya dan roda perekonomian warga bisa lebih maju.
Editor : Boby