KARAWANG, iNewsKarawang.id - Di sebuah rumah sederhana di Kampung Sawah, Kecamatan Jayakerta, Kabupaten Karawang, tawa kecil Abizar Algifari yang baru berusia tiga tahun terdengar ceria, meski tubuhnya sedang berjuang melawan kondisi langka atresia, atau tidak memiliki anus sejak lahir.
Abizar adalah anak keempat dari pasangan Imas dan Ardi. Abizar tumbuh sebagai balita aktif dan ceria. Namun, di balik keceriaan itu, ada kenyataan pahit yang harus dihadapi keluarganya setiap hari.
“Sejak lahir, Abizar memang sudah tidak punya lubang anus. Sampai sekarang, satu-satunya cara dia bisa buang air besar adalah melalui lubang di perutnya yang disambungkan ke kantong khusus,” ujar Imas, sang ibu, dengan mata berkaca-kaca.
Setiap hari, perut kecil Abizar dibalut kain tipis untuk menahan kantong kolostomi agar kotoran tidak berceceran. Namun, perawatan ini hanyalah solusi sementara untuk memberikan kehidupan normal bagi Abizar.
Imas dan Ardi telah membawa Abizar dua kali ke RSUD Karawang untuk kontrol. Dokter memastikan bahwa pencernaan Abizar dapat berjalan normal jika operasi segera dilakukan. Namun, impian itu terhalang oleh biaya yang tak sanggup mereka penuhi.
“Suami saya hanya bekerja sebagai pemulung. Kami bahkan kesulitan membeli kantong kolostomi, apalagi membiayai operasi,” ungkap Imas dengan nada sedih.
Ditambah lagi, jarak rumah mereka ke RSUD Karawang yang cukup jauh juga menjadi hambatan. Dengan penghasilan harian yang pas-pasan, biaya transportasi dan kebutuhan sehari-hari semakin membebani mereka.
“Kami ingin segera operasi, karena semakin besar Abizar, semakin aktif dia. Mengurusnya jadi lebih sulit, dan kami takut kondisinya makin parah,” kata Imas.
Harapan yang Tertanam di Tengah Kesulitan
Meski berat, Imas dan Ardi tetap berharap ada bantuan dari pemerintah atau pihak dermawan yang mau membantu biaya operasi. Mereka ingin Abizar memiliki kehidupan yang lebih baik dan tumbuh seperti anak-anak lainnya.
Di tengah keterbatasan, keluarga kecil ini terus bertahan. Tawa ceria Abizar menjadi penyemangat mereka untuk tidak menyerah. Di mata orang tuanya, Abizar adalah harapan yang tak akan pernah pudar, meski dunia terus menghadirkan rintangan.
“Harapan kami cuma satu, Abizar bisa hidup normal. Bisa buang air besar lewat anus seperti anak-anak lain. Kami mohon bantuan, karena kami tidak sanggup membiayainya sendiri,” pinta Imas lirih.
Editor : Frizky Wibisono
Artikel Terkait