Gagal bayar utang dan krisis ekonomi menyebabkan Sri Lanka dinyatakan bangkrut. Saat ini Sri Lanka menghadapi tantangan begitu berat dalam sejarah mereka.
Berikut fakta menarik Sri Lanka yang dirangkum di Jakarta, Minggu (3/7/2022).
1. Pemerintah Sri Lanka yang Tak Tepat Sasaran
Diketahui, salah satu penyebabnya adalah kebijakan Pemerintah Sri Lanka yang tak tepat sasaran. Pemerintahan Sri Langka baru terbentuk pada 2019.
Pemerintahan baru Sri Lanka pun ingin populis dengan menyenangkan rakyatnya melalui banyak hal.
Menurut Akademisi dan praktisi bisnis Rhenald Kasali Pemerintahan baru Sri Lanka pun ingin populis dengan menyenangkan rakyatnya melalui banyak hal.
"Sementara pada waktu itu mengalami suatu penderitaan karena harga komoditas yang dijual seperti kopi, karet, teh dan rempah rempah itu alami kemunduran harganya," ujarnya, dikutip dari YouTube Rhenald Kasali.
2. Membuka Hubungan dengan China
Sri Langka juga membuka hubungan dengan China yang kemudian mendapat investasi besar dari pemerintah Tiongkok.
3. Penduduk Sri Lanka Banyak yang Jadi Buruh Kasar
Di samping itu, penduduk Sri Lanka banyak yang kerja di luar negeri sama seperti Indonesia.
Tapi penduduk Sri Lanka banyak yang menjadi buruh kasar di negara yang tidak begitu sejahtera.
"Jadi ketika terjadi pandemi mereka harus pulang maka pendapatan negara dari remittance turun. Selain itu juga karena situasi gawat, investasi pindah, inflasi sangat tinggi," tuturnya.
4. Gagal Menjaga Sistem Produksi Beras
Faktor lain yang membuat Sri Lanka krisis adalah negara gagal menjaga sistem produksi beras. Hal ini membuat Sri Lanka harus beli beras dengan harga tinggi.
"Produksi beras turun, impor naik maka inflasi di Sri Lanka berkisar antara 30%-50%. Akibatnya Sri Lanka gagal bayar utang yang sudah jatuh tempo. Misalnya pada 2022, utang Sri Lanka harus dibayar USD8,6 miliar dengan bunga harus dibayar USD78,2 juta," pungkasnya.
5. Daftar Negara Bangkrut karena Utang
Berikut 4 Negara yang bangkrut akibat utang yang menumpuk dan tidak mampu membayar hingga membuat jatuh dalam krisis yang sangat menderita.
- Ekuador
Ekuador tidak bisa bayar utang pada 2008 sebesar USD10 miliar atau Rp144 triliun, karena korusi merajalela dalam pemerintahan. Akibatnya terjadi krisis dan inflasi mencapai 60%.
Sudah berulang kali gagal membayar utang. Presiden Ekuador Rafael Correa menyebutkan utang negaranya sebagai bentuk pelanggaran moral dan tak bisa dilegitimasi.
- Argentina
Dinyatakan bangkrut setelah gagal melunasi utang ke kreditur. Pemerintah Argentina yang mematok USD1 sama dengan 1 peso Argentina dinilai menjadi penyebabnya. Hal itu membuat nilai mata uang Argentina dan dolar Amerika Serikat menjadi tidak akurat.
Negara ini pun harus mengumpulkan seluruh kreditur dan me-restrukturisasi utang yang mencapai USD100 atau sekitar Rp1.440 triliun pada tahun 2005 dan 2010.
- Zimbabwe
Dan yang terakhir ada Zimbabwe yang bangkrut karena hutang. Zimbabwe terlilit hutang hingga USD4,5 miliar atau diperkirakan setara dengan Rp64,8 triliun pada 2008. Akibat kejadian itu, tingkat pengangguran meningkat hingga 80%.
Tak hanya itu, masyarakat Zimbabwe berhenti membayar pajak dan menggunakan bank. Bahkan mereka tak lagi menggunakan mata uang nasional sebagai alat transaksi jual beli.
- Sri Lanka
Bangkrut setelah gagal membayar utang senilai USD51 miliar atau setara dengan kurang lebih Rp732 trilliun yang dipinjam dari luar negeri. Itulah beberapa negara yang mengalami kebangkrutan akibat tidak bisa membayar utang.
Editor : Boby
Artikel Terkait